Mumi dalam Patung Buddha, Praktik Mumifikasi Diri Sendiri?

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Senin, 23 Feb 2015 12:06 WIB
Biksu di beberapa abad lampau mempraktikkan mumifikasi diri sendiri dengan ritual menyiksa selama lebih dari enam tahun. Praktik ini dilarang di abad ke-19.
Biksu di beberapa abad lampau mempraktikkan mumifikasi diri sendiri dengan ritual menyiksa selama lebih dari enam tahun. Praktik ini dilarang di abad ke-19. (Dok. Museum Drent)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sesosok tubuh yang telah dimumi ditemukan di dalam sebuah patung Buddha dari abad ke-11 atau 12. Misteri menyelimuti soal identitas dan cara pengawetan jenazah tersebut.

Mumi dalam patung Buddha koleksi Museum Drent terdeteksi setelah dilakukan pemindaian oleh Meander Medical Center, Belanda. Selain terdapat rangka tulang, tertangkap juga citra potongan kertas dengan guratan huruf Tiongkok kuno.

Sosok dalam patung tersebut diyakini adalah adalah Master Liuquan dari Sekolah Meditasi di Tiongkok, 1.000 tahun lampau. Namun para peneliti tidak menjelaskan bagaimana mereka bisa sampai pada kesimpulan identitas tersebut. Banyak penganut Buddha mengklaim bahwa mumi ini secara teknis tidak mati, tapi sedang berada dalam meditasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peneliti seperti dikutip situs arkeologi Ancient Origins, meyakini temuan ini bisa jadi adalah satu lagi bukti praktik mumifikasi-mandiri yang dilakukan oleh para biksu terhadap dirinya sendiri dengan ritual selama bertahun-tahun hingga mati.

Selain di Tiongkok, ritual ini juga dipraktikkan di Jepang selama 1.000 tahun sebelum dilarang pada abad ke-19.

Di Jepang, praktik ini dikenal dengan nama Sokushinbutsu dan dilakukan oleh Sekte Buddha Vajrayana bernama Shingon yang kebanyakan ada di Yamagata. Pelakunya tidak memandang praktik ini sebagai bunuh diri, tetapi bentuk pencarian pencerahan.

Praktik 2.000 hari

Praktik ini dilakukan selama 2.000 hari, atau lebih dari enam tahun.

Dalam 1.000 hari pertama, biksu yang menjalani praktik ini hanya memakan kacang-kacangan, biji-bijian, buah dan berri untuk menurunkan bobot tubuh. Selain itu, mereka juga melakukan aktivitas fisik berat demi melunturkan seluruh lemak dalam tubuh.

Seribu hari berikutnya, mereka hanya memakan kulit dan akar pohon. Ketika mencapai akhir ritual ini, mereka meminum racun dari getah pohon Urushi yang membuat mereka muntah dan kehilangan cairan tubuh dengan cepat. Racun ini juga diyakini menjadi pengawet alami yang membunuh belatung dan bakteria pengurai tubuh lainnya.

Tahap terakhir, setelah melalui lebih dari enam tahun persiapan yang menyiksa, biksu ini akan mengunci diri mereka di peti batu hampir seukuran tubuh mereka, dan bermeditasi.

Dia duduk dalam posisi lotus hingga meninggal dunia.

Selang udara kecil memberikan oksigen ke dalam peti. Setiap hari, biksu itu membunyikan lonceng untuk memberitahu bahwa dia masih hidup. Ketika lonceng tidak lagi berbunyi, maka selang udara dicabut dan peti disegel selama 1.000 hari ke depan.

Setelah berakhir masa 1.000 hari, peti itu akan dibuka untuk mengetahui apakah biksu tersebut sukses menjadikan dirinya sendiri mumi. Jika ditemukan dalam keadaan terawetkan, mumi itu akan ditempatkan di kuil untuk dipuja. Namun jika tubuhnya ditemukan membusuk, peti akan kembali disegel dan pelakunya dihormati untuk ketahanannya, bukan untuk pemujaan.

Diduga ada ratusan biksu Buddha yang melakukan praktik ini, namun baru 24 mumi yang ditemukan hingga saat ini. Selain mumi dalam patung Buddha di museum Belanda, bulan lalu lali ditemukan mumi biksu Buddha dalam posisi meditasi di Mongolia. Diduga, mumi ini berusia 200 tahun.

Diduga ada ratusan biksu yang melakukan praktik mumifikasi-diri sendiri, salah satunya ditemukan di Thailand. (Wikipedia Commons)
(den)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER