Turis Dideportasi akibat Foto Telanjang di Angkor

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Feb 2015 02:26 WIB
Kegemaran berfoto telanjang di Angkor Wat, Kamboja, membuat lima turis yang berkunjung ke situs warisan budaya dunia UNESCO tersebut dideportasi tahun ini.
Situs warisan budaya dunia Angkor Wat, Kamboja. (Wikipedia Common/Flickr/sam garza)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kegemaran untuk berfoto telanjang di lokasi arkeologi dunia yang terkenal Angkor Wat di Kamboja telah membuat lima turis yang berkunjung ke situs warisan budaya dunia UNESCO tersebut dideportasi tahun ini, sebagaimana dilansir dari The Guardian, pada Sabtu (28/2).

Pemerintah Kamboja tidak memiliki toleransi atas turis yang membuka keseluruhan pakaian di situs suci, Angkor Wat. Insiden tersebut juga membuat marah warga Kamboja yang menganggap situs yang dibangun antara abad 9 dan 15 tersebut memiliki makna historis dan spiritual yang agung.

"Angkor Wat merupakan tempat suci yang paling terkenal, candi di mana siapapun tidak hanya turis melainkan warga Kamboja sendiri, mesti menaruh hormat," kata asistan administrasi Rattanak Te, yang tinggal di ibukota negara Kamboja, Phnom Penh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal tersebut membuat saya dan seluruh penduduk Kamboja sangat kesal karena orang luar akan berpikir kami, warga Kamboja, tidak peduli dan tidak menjaga situs kebudayaan dunia ini dengan membiarkan turis melakukan aksi yang tidak dapat diterima tersebut."

Pada bulan Februari ini, petugas keamanan candi menangkap dua perempuan asal Amerika setelah melihat mereka berdua berfoto telanjang di kuil Preah Khan, menurut keterangan juru bicara untuk Apsara Authority, Kerya Chau Sun. Apsara Authority merupakan organisasi yang bertanggungjawab untuk mengatur dan mengawasi kompleks kuil di Siem Reap, Kamboja.

LindseyAdams (22) dan adiknya Leslie (20) keduanya berasal dari Prescott, Arizona, mendapatkan dakwaan penjara hingga enam bulan, denda sebanyak Rp 3.191.788 (US$ 245,56), hukuman ancaman deportasi dan sanksi empat tahun dilarang berkunjung ke Kamboja.

Pada Januari tahun ini, tiga lelaki asal Perancis berusia 20-an juga dideportasi setelah tertangkap melakukan foto telanjang di kompleks Angkor Wat. Foto lainnya ada yang menunjukkan perempuan bertelanjang dada di situs tersebut. Foto perempuan telanjang tersebut telah banyak beredar di jaringan sosial media tetapi pejabat pemerintah meyakini foto tersebut palsu, menurut keterangan Chau Sun. Tak hanya itu, tiga turis lainnya juga pernah ditangkap akibat mengendarai sepeda motor tanpa busana di dekat Phnom Penh pada bulan Januari.

Ditanyai mengenai keputusan pemerintah Kamboja tersebut, salah satu warga asal Perancis, Rodolphe Fourgeot, mengatakan dia tak ingin membahas kasus tersebut. Menurutnya keputusan tersebut menunjukan korupsi endemik terjadi di Kamboja namun dia enggan menjelaskan lebih lanjut.

Sementara itu, turis lainnya, Amichay Rab (32) tampak tidak peduli. Dia tetap mendokumentasikan dirinya tanpa busana di lokasi percandian di waktu pagi, terutama saat belum banyak orang berkunjung ke Angkor Watt. 

Insiden penangkapan yang terjadi di tahun ini bukan merupakan pertama kalinya yang terjadi di kuil Angkor Wat namun Chau Sun mengatakan usaha turis untuk berfoto telanjang pada masa lalu selalu berhasil digagalkan.

Pihaknya kemudian mencoba memperketat aturan bagi turis dengan menempelkan tanda peringatan pada bagian tiket yang menunjukkan peringatan agar turis berkunjung dengan sikap penuh hormat. Chau Sun mengatakan Apsara juga berencana menambah poster peringatan untuk tidak berfoto telanjang yang disertai dengan sanksi deportasi serta penahanan.

"Sebagai warga Kamboja, saya tersakiti. Saya berpikir terutama bagi warga miskin Kamboja yang bersusah payah datang untuk berdoa di Angkor," kata dia. "Mereka (warga Kamboja) tidak paham mengapa orang bisa berbuat seperti itu bagi kuil suci mereka."

Menurut seorang profesor bidang turisme di Universitas Tasmania, Trevor Sofield, mengatakan kuil tersebut lebih dari reruntuhan bebatuan. Kuil-kuil yang ada di Angkor Wat merupakan tempat pemujaan Buddha sebagaimana juga simbol dari kebudayaan Khmer, katanya. Dia menambahkan pihak Apsara dan Unesco semestinya fokus untuk mengedukasi publik mengenai kehidupan suci di situs tersebut dibalik penjelasan karakteristik sejarahnya.

Sementara itu, warga Kamboja, Mollyda Keo mengatakan penduduk Kamboja terbiasa melihat kebudayaan dan masyarakat yang berbeda. Perempuan Kamboja, misalnya, hanya akan berenang dengan sebuah kaos dan celana pendek tetapi terbiasa melihat perempuan dari barat menggunakan bikini.

Namun, dia menyatakan berpose telanjang di areal percandian melewati batasan itu. "Saya hanya merasa mereka tidak menghormati kebudayan kami," katanya. "Anda datang dari kebudayaan lain. Anda harus menghormati kebudayaan kami." (utd)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER