Ke-16 WNI yang Ditahan Turki Bukan Termasuk Kelompok Tur

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 13 Mar 2015 09:11 WIB
Sempat terjadi simpang siur identitas WNI yang ditahan di Turki. KBRI mengonfirmasi 16 warga tersebut bukan termasuk kelompok tur yang hilang sebelumnya.
Pemerintah Indonesia belum dapat memastikan tujuan 16 WNI yang ditahan di Turki saat berupaya menyeberang ke Suriah adalah untuk bergabung dengan kelompok militan atau tidak. (Ilustrasi/Thinkstock/banarfilardhi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ankara, Turki, akhirnya memberikan konfirmasi bahwa 16 warga negara Indonesia yang ditahan pemerintah Turki saat berupaya menyeberang ke Suriah pada Rabu (4/3) berbeda dengan 16 orang yang memisahkan diri dari kelompok tur pada 24 Februari lalu.

"Hasil pertemuan KBRI dengan pihak keamanan Turki adalah 16 orang yang ditahan di Gaziantep, Turki, bukan merupakan yang 16 memisahkan diri dari kelompok wisata beberapa waktu lalu," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Christiawan Nasir, kepada CNN Indonesia, Jumat (13/3).

Menurut penjabaran Tata, demikian Arrmanatha akrab disapa, 16 orang yang ditangkap dan kini berada di Gaziantep terdiri dari seorang pria dewasa, empat perempuan dewasa, tiga anak perempuan, dan delapan anak laki-laki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari keterangan yang dihimpun oleh pihak KBRI dan otoritas keamanan Turki, mereka memang berencana untuk menyeberang ke Suriah. Meskipun banyak desas-desus bahwa mereka akan bergabung dengan kelompok militan, namun Kemlu belum dapat memastikan motif dan tujuan mereka melancong ke Suriah.

"Pemerintah akan kirim tim keamanan ke Turki untuk menginvestigasi lebih dalam tujuan mereka," kata Tata.

Sebelumnya, sempat terjadi simpang siur kabar mengenai identitas 16 warga yang ditahan pada Rabu lalu. Pasalnya, ada satu lagi kelompok yang terdiri dari 16 WNI juga dikabarkan hilang di Turki.

Kelompok ini datang ke Turki sebagai wisatawan yang menggunakan jasa Smailing Tour bersama 25 orang lainnya pada 24 Februari lalu. Setelah tiba di Istanbul, mereka memisahkan diri, mengaku ada urusan keluarga dan akan kembali pada 26 Februari.

Seperti dijanjikan, pada 26 Februari ketua rombongan menelepon salah satu dari 16 orang tersebut, tapi mereka mengatakan urusan belum selesai dan nanti akan bergabung di bandara saat pulang.

“Setelah itu, mereka tak bisa dikontak lagi. Pada 28 Februari, ketua rombongan mengontak KBRI dan esoknya, pada 1 Maret, ia melaporkan secara rinci tentang apa yang terjadi,” tutur Konsul Jenderal Indonesia di Istanbul, Abdullah Hariadi Kusumaningprang, kepada CNN Indonesia pekan lalu.

Pihak KJRI, menurut Abdullah, segera melaporkan insiden itu ke Kemlu dan kepolisian Istanbul.

Memberikan rincian kejadian akhir, Abdullah berkata, “Pada 3 Maret, pukul 19.00 waktu setempat, KJRI ikut datang ke bandara untuk memantau dan memastikan kedatangan 16 WNI tersebut. Namun hingga batas akhir keberangkatan, mereka tak ada. Pesawat yang membawa rombongan itu berangkat pada 4 Maret pukul 00.40.”

Pemerintah menduga orang-orang yang hilang di Turki kemungkinan bergabung dengan kelompok militan, salah satunya ISIS di Suriah.

“Ada beberapa orang Indonesia yang pergi ke luar negeri lalu menghilang. Ini harus diwaspadai. Data dari BIN (Badan Intelijen Negara) dan Polri terkait hal itu sudah masuk,” kata Menteri Politik Hukum dan HAM, Tedjo Edhy Purdijanto, dalam Rapat Pimpinan TNI dan Polri di Jakarta, Selasa (3/3).

Tedjo mengatakan sebanyak 514 WNI sudah terkonfirmasi bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah. Hal ini menjadi salah satu indikasi alasan hilangnya 16 orang di Turki tersebut.

Dugaan ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, Turki adalah jalur termudah menuju Suriah, basis ISIS.

Turki berbatasan darat sebelah selatan sepanjang 900 kilometer dengan Suriah. Para penyelundup manusia, militan, dan pengungsi bisa dengan mudah lalu-lalang Turki-Suriah dengan menyogok para penjaga perbatasan yang terdiri dari tentara paramiliter. (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER