Sao Paulo, CNN Indonesia -- Hampir sejuta orang turun ke jalan-jalan kota di Brasil menuntut Presiden Dilma Rousseff turun menyusul perekonomian negara itu yang anjlok, naiknya harga-harga serta korupsi di pemerintahan.
Diberitakan Reuters, aksi demo yang dilakukan di beberapa kota pada Minggu (15/3) itu rata-rata berlangsung aman, dengan hanya sedikit kisruh yang tercatat. Demonstrasi ini menandai stagnannya perekonomian Brasil dalam lima tahun terakhir serta skandal korupsi miliaran dollar di perusahaan energi pemerintah Petroleo Brasileiro SA atau Petrobras.
Di kota Sao Paulo, polisi mengatakan bahwa sejuta orang ikut dalam aksi di jalan Avenida Paulista, jantung bisnis di kota terbesar Brasil itu. Sebuah perusahaan swasta mengatakan bahwa demonstran yang hadir hanya 210 ribu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, lebih dari 10 ribu orang turun ke jalan di Rio de Janeiro, tepatnya di depan air terjun Copacabana. Kebanyakan memakai baju berwarna biru, hijau dan kuning, warna bendera Brasil. Mereka menyanyikan lagu nasional dan berteriak "Dilma, turun!"
"Rakyat dikhianati, dipermalukan di dalam dan luar negeri," kata Diogo Ortiz, 32.
Partai berkuasa, Partai Pekerja, dianggap sejak lama mengabaikan kritik dari rakyat soal pengeluaran yang besar, subsidi, kebijakan proteksionis dan korupsi, sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi hanya 4 persen dalam 10 tahun terakhir.
Pengamat ekonomi memprediksi Brasil akan jatuh dalam resesi. Investor khawatir negara itu bisa mengalami penurunan tingkat-investasi. Inflasi saat ini paling tinggi dalam 10 tahun terakhir. Sementara mata uang Brasil, menurun 22 persen terhadap dollar tahun ini.
Korupsi Petrobras melibatkan puluhan politisi yang mengalirkan uang perusahaan untuk partai politik berkuasa, termasuk untuk membiayai pemenangan pemilu Rousseff tahun 2010. Politisi dituduh menerima suap dari berbagai perusahaan yang ingin bekerja sama dengan Petrobras, tindakan yang diduga telah mengakar sejak tahun 1990an.
Rousseff sendiri tidak tersangkut kasus ini. Namun banyak menyalahkan wanita 67 tahun ini karena lalai mengawasi pajak Petrobras, terutama saat dia bertahun-tahun memimpin perusahan itu sebelum menjadi presiden.
Pemakzulan bagi Rousseff yang baru saja memasuki periode kedua kepemimpinannya dianggap jauh dari kenyataan. Selain karena Kongres mayoritas berasal dari partai Rousseff, pemerintah juga menganggap protes tersebut adalah tindakan oposisi yang tidak terima kekalahan dalam pemilu lalu.
Miguel Rossetto, salah satu penasihat tinggi Rousseff mengatakan bahwa oposisi mencoba menciptakan intoleransi dan berupaya melakukan penggulingan pemimpin Brasil.
 Hampir sejuta warga Brasil turun ke jalan menuntut perbaikan ekonomi dan mundurnya Dilma Rousseff. (Reuters/Paulo Whitaker) |
(den)