Jakarta, CNN Indonesia -- Kantor berita Tiongkok, CCTV, akan menyelidiki seorang penyiarnya setelah sebuah video yang berisi rekaman penyiar itu menghina pendiri Tiongkok modern, Mao Zedong, menyebar di media sosial.
Dalam sebuah pernyataan singkat yang dirilis di situsnya Rabu (8/4), CCTV mengatakan pernyataan dari penyiar Bi Fujian "memiliki dampak sosial yang serius".
"Kami serius akan menangani masalah ini sesuai dengan peraturan yang terkait dan berdasarkan penyelidikan yang cermat," kata pernyataan itu tanpa menjelaskan lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam video yang masih beredar luas di situs media sosial, Bi ambil bagian dalam sebuah opera tentang era Revolusi Kebudayaan yang berjudul “Taking Tiger Mountain by Strategy”, dan kemudian memasukkan komentarnya sendiri, yang menyebut Mao menuntun rakyat menuju kesengsaraan.
Reuters tidak dapat menghubungi Bi, dan dia tidak menanggapi permintaan untuk memberikan komentar pada akun Weibo-nya. Dia terakhir meng-
update Weibo pada 19 Februari lalu.
Namun, keputusan untuk memeriksa Bi telah mengundang amarah di internet, banyak orang mengatakan ia seharusnya tidak ditegur. Dalam salah satu jajak pendapat Weibo, 80 persen dari responden mengatakan Bi tidak harus meminta maaf.
"Mengkritisi Mao secara pribadi adalah sesuatu yang masih bisa dibesar-besarkan? Hal itu sudah dilakukan di depan umum tidak hanya di luar negeri, tetapi juga di Tiongkok,” tulis ekonom liberal terkemuka, Mao Yushi, di
microblog-nya.
Global Times, sebuah tabloid yang diterbitkan oleh pejabat Harian Rakyat Partai Komunis, mengatakan Bi, 56, dikenal membawa acara pertunjukan bakat di CCTV. Dia juga menjadi pembawa acara dalam program khusus menyambut Tahun Baru Imlek di CCTV sejak 2011.
Jaringan ini dipandang oleh pemerintah sebagai alat propaganda yang sangat berpengaruh dan berguna di luar dan dalam negeri.
Mao, yang meninggal pada 1976, tetap menjadi tokoh yang dianggap berjasa besar membentuk Tiongkok seperti yang dikenal saat ini.
Gambarnya menghiasi uang kertas dan tubuhnya yang dibalsem menarik ratusan, bahkan ribuan pengunjung per hari di Beijing.
Meski Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa telah mengakui Mao telah membuat beberapa kesalahan, namun belum ada perhitungan resmi terkait kekacauan Revolusi Kebudayaan atau jutaan kematian akibat kelaparan selama program ‘Lompatan Jauh ke Depan’ pada 1958-1961.
Mao menjadi simbol kuat untuk kaum kiri dalam Partai Komunis yang merasa bahwa reformasi berbasis pasar selama tiga dekade belakangan sudah terlalu jauh, menciptakan kesenjangan sosial dan meningkatkan korupsi.
(stu)