May Day, Puluhan Ribu Buruh di Asia Tuntut Perbaikan Hak

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Sabtu, 02 Mei 2015 00:10 WIB
Beberapa aksi buruh pada May Day berlangsung damai, namun beberapa lainnya berakhir dengan bentrok dengan aparat.
Beberapa aksi buruh pada May Day berlangsung damai, namun beberapa lainnya berakhir dengan bentrok dengan aparat. (Reuters/Patrick Lin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan ribu buruh di beberapa negara Asia turun ke jalan pada Hari Buruh Internasional atau May Day, Jumat (1/5). Beberapa aksi berlangsung damai, namun beberapa lainnya berakhir dengan bentrok.

Salah satunya adalah di Seoul, Korea selatan saat massa buruh menggelar aksi menentang rencana reformasi undang-undang pekerja. Aksi ini diwarnai bentrokan dengan aparat.

Diberitakan Asia One, ribuan polisi mendirikan barikade untuk menghadang para buruh melakukan long-march menuju istana Presiden Park Geun-Hye. Buruh mengancam akan menggelar mogok massal nasional jika pemerintah tetap akan mereformasi UU pekerja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keadaan menjadi rusuh saat polisi menembakkan meriam air yang dicampur cairan kimia untuk mencegah massa buruh yang berusaha melompati barikade. Aksi bentrok kedua kubu berlangsung selama tiga jam.

Pemerintah Park memang tengah menggodok reformasi UU pekerja yang disebut-sebut akan memberikan fleksibilitas terhadap pasar buruh yang kaku. Dalam reformasi ini, pemilik usaha akan dipermudah dalam mempekerjakan atau memecat buruh.

"Kami akan menjegal semua upaya pemerintah untuk menekan hak-hak buruh dengan melakukan mogok massal," ujar kepala Federasi Serikat Dagang Korea, Kim Dong-man, dalam orasinya dekat gedung parlemen.

Serikat buruh mengatakan ada lebih dari 100 ribu pekerja yang ambil bagian dalam aksi tahun ini. Namun polisi menghadirkan angka berbeda, yaitu sekitar 38 ribu.

Puluhan ribu buruh di Seoul, Korea Selatan, bentrok dengan aparat. (REUTERS/Kim Hong-Ji)
Aksi May Day berujung bentrok juga terjadi di Taipei, Taiwan, saat para buruh melempari bom asap ke arah kantor presiden. Buruh di Taiwan menuntut kenaikan gaji, pemotongan jam kerja dan pelarangan kerja kontrak.

Sementara itu di Hong Kong, para pekerja domestik menggelar aksi damai mendesak pemerintah daerah otonomi Tiongkok itu untuk memberikan hak-hak yang lebih besar serta kondisi kerja yang lebih baik.

Pemerintah Hong Kong dinilai tidak membenahi kesejahteraan pekerja, bahkan usai kasus pemukulan terhadap WNI Erwiana Sulistyaningsih menjadi pemberitaan dunia.

"Pemerintah Hong Kong bisa melakukan lebih banyak dalam meredam sikap kuno, tradisional dan feodal terhadap para pekerja domestik," ujar aktivis pekerja migran di Hong Kong, Joselito Natividad.

Massa buruh dalam aksi di Taipei, Taiwan, melempar bom cat ke kantor presiden. (Reuters/Patrick Lin)
Ratusan buruh juga turun ke jalan kota Manila, Filipina, menuntut kenaikan gaji dan peluang kerja yang besar di dalam negeri. Mereka menyayangkan banyaknya warga Filipina yang akhirnya menjadi pekerja di negeri orang dan tersangkut banyak kasus karenanya.

Aktivis pekerja migran di Manila Renato Reyes mengatakan bahwa kasus yang menimpa Mary Jane Veloso bisa menjadi contohnya. Mary Jane yang terlibat kasus narkotika lolos dari eksekusi mati di Indonesia pekan ini.

Mary diduga diperalat untuk membawa heroin ke Yogyakarta setelah melamar kerja sebagai pekerja domestik di agen lokal. Reyes mengatakan, kasus Mary Jane menunjukkan adanya krisis pekerja yang parah di Filipina yang memaksa warga bekerja di luar negeri. (den)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER