Xi Jinping: Hubungan Tiongkok dan AS Stabil

Reuters | CNN Indonesia
Minggu, 17 Mei 2015 13:14 WIB
Presiden Tiongkok Xi Jinping menegaskan hubungan negaranya dengan Amerika Serikat tetap stabil meski ada ketegangan terkait perebutan Laut Cina Selatan.
Tiongkok melaksanakan proyek reklamasi laut di tujuh karang di Kepulauan Spratly yang diperebutkan. (Reuters/Ritchie B. Tongo/Pool)
Beijing, CNN Indonesia -- Presiden Tiongkok Xi Jinping menegaskan hubungan negaranya dengan Amerika masih stabil, yang merupakan upayanya mengendorkan ketegangan akibat pertikaian wilayah di Laut Cina Selatan.

“Saya berharap bisa melanjutkan hubungan baik dengan Presiden Obama dan membawa hubungan kedua negara ke titik baru dalam model hubungan negara besar yang baru,” kata Xi Jinping kepada Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry yang mengakhiri kunjungan dua hari ke Beijing pada Minggu (17/5). 

Kunjungan Kerry ini didominasi oleh kekhawatiran mendalam di sektor keamanan terkait ambisi maritim Tiongkok di Laut Cina Selatan. Kegiatan reklamasi negara itu di sekitar tujuh karang di kepulauan Spratly membuat negara lain yang juga mengklaim wilayah Laut Cina Selatan, seperti Filipina dan Vietnam, khawatir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Sabtu, Kerry mendesak Tiongkok untuk mengurangi ketegangan di Laut Cina Selatan, namun permintaan ini ditolak oleh Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi yang mengatakan tekad Beijing melindungi kepentingan di wilayah itu “sekeras batu”.

Perjalanan Kerry ini bertujuan untuk mempersiapan Dialog Ekonomi dan Strategis AS-Tiongkok tahunan yang akan diadakan bulan depan di Washington, dan kunjungan Xi Jinping ke AS pada September mendatang.

Presiden Xi Jinping berulang kali mengatakan kepada Obama keinginan membuat satu “model baru hubungan negara besar,” dimana Tiongkok diperlakukan sebagai negara besar.

Tetapi model itu juga menggarisbawahi sikap menghormati “kedaulatan dan integritas wilayah masing-masing serta sistem dan jalan pembangunan yang dianut”.

“Menurut saya hubungan Tiongkok-AS tetap stabil,” kata Xi Jinping dalam jumpa pers bersama di Bejing, Minggu (17/5).

Tiongkok mengklaim sekitar 90 persen dari Laut Cina Selatan yang memiliki luas 3,5 juta kilometer persegi. Filiina, Taiwan, Malaysia, Brunai dan Vietnam juga mengklaim sejumlah besar bagian laut itu.

Gambar satelit yang baru-baru ini diambil memperlihatkan bahwa sejak sekitar Maret 2014, Tiongkok melaksanakan proyek reklamasi di tujuh lokasi di Kepulauan Spratly dan membangun satu landasan pacu berukuran pesawat militer di Pulau Karang Fiery Cross, dan kemungkinan membangun landasan pacu kedua di karang lain.

Filipina yang merupakan sekutu dekat Amerika Serikat meminta dunia internasional mengambil tindakan dengan segera.

Kerry mengatakan negaranya telah mengemukakan kekhawatiran atas kecepatan dan cakupan reklamasi yang dilakukan Tiongkok di Laut Cina Selatan.

Kantor berita pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa pada Sabtu (16/5), diplomat tertinggi Tiongkok, Yang Jiechi, mendesak Kerry untuk “mengendalikan perbedaan dan isu sensitif dengan layak” dan memandang tujuan strategis kami dengan obyektif dan rasional.”
Tiongkok menentang rencana pengerahan pesawat dan kapal militer AS ke Laut Cina Selatan. (Reuters/U.S. Navy)
“Saya berharap Amerika Serikat berbuat lebih untuk stabilitas dan perdamaian di wilayah,” kata Yang Jiechi, seorang anggota parlemen Tiongkok, yang merujuk pada Laut Cina Selatan.

Tiongkok telah mengemukakan kekhawatiran atas kemungkinan AS mengirim pesawat dan kapal militer untuk mengetahui kebebasan berlayar di Laut Cina Selatan.

Negara ini menolak keterlibatan AS dalam perebutan wilayah itu dan menyalahkan Amerika atas ketegangan yang terjadi karena mendorong negara-negara lain menunjukkan “perilaku berbahaya.” (yns)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER