Paus Nobatkan Dua Santo Pertama dari Palestina

Deddy S | CNN Indonesia
Minggu, 17 Mei 2015 21:50 WIB
Paus Fransiskus menobatkan dua santo pertama dari Palestina di era modern, Marie Alphonsine Ghattas dan Mariam Baouardy, di Vatikan, Minggu (17/5).
Paus Fransiskus (CNN Indonesia/Reuters/Max Rossi)
Vatikan, CNN Indonesia -- Paus Fransiskus menobatkan dua santo pertama dari Palestina di era modern, Marie Alphonsine Ghattas dan Mariam Baouardy, di Vatikan, Minggu (17/5). Kedua santo termasuk ke dalam empat santo baru yang diumumkan hari itu.

Sekitar 2.000 warga Kristen Palestina berkumpul di St. Peter Square, termasuk Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Warga itu bernyanyi dan berdoa untuk merayakan penobatan orang suci yang bersejarah tersebut.

Paus Fransiskus mengatakan, semasa hidupnya kedua santo telah mempraktekkan kasih Tuhan dengan cara yang luar biasa. Santo Mariam, kata Paus, meski tergolong orang miskin dan tak berpendidikan, sanggup membimbing orang lain dengan baik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Dia juga mampu memberi penjelasan teologis dengan amat jelas, buah dari hubungan yang erat dengan Roh Kudus,” kata Paus, seperti dikutip CNN. “Kedekatannya dengan Roh Kudus juga melahirkan titik temu dalam pertemuan dan persekutuan dengan dunia Islam.”

Begitu juga dengan Marie Alphonsine, kata Paus, memperlihatkan bagaimana cara memancarkan kasih Tuhan, serta menjadi saksi untuk kelemahlembutan dan kesatuan.

“Dia menunjukkan pada kita pentingnya untuk bertanggung jawab satu sama lain, saling melayani satu sama lain,” kata Paus.

Father Jamal Khader, Latin Patriach dari Yerusalem, mengatakan penobatan itu seperti cahaya dalam terowongan yang gelap, khususnya di Timur Tengah dengan segala kejadian dan kekerasan yang terjadi.

“Kami merayakan kehidupan dua orang suci yang bekerja dengan rendah hati untuk semua orang dan yang terbukti sebagai pengikut sejati Yesus Kristus,” katanya.

Kisah Marie-Alphonsine dan Mariam

Marie-Alphonsine lahir di Yerusalem pada 1840-an dari keluarga Kristen dan menjadi biarawati. Di Betlehem dia mengaku mendapat visi dari Bunda Maria untuk mendirikan kongregasi untuk perempuan Arab yang disebut Sisters of the Rosary.

Kerja kerasnya melahirkan Biara Rosary Sisters yang saat ini menjalankan banyak sekolah umum dan taman kanak-kanak. Dia menyumbangkan biara ini sebagai pusat penyebaran pendidikan dan kebudayaan bagi yang membutuhkan.

Sedangkan Mariam lahir di Ibillin, sebuah desa kecil di Galilea, juga pada 1840-an dari sebuah keluarga Katolik Yunani. Dia ditinggalkan kedua orang tuanya pada usia tiga tahun dan kemudian dibesarkan oleh pamannya.

Di Alexandria, Mesir, salah satu pelayan pamannya memintanya untuk pindah agama jadi Islam. Mariam menolak. Si pelayan kemudian menggorok lehernya.

“Mariam jadi martir dan masuk surga,” kata Suster Fireal, dari Gereja Carmelite di Betlehem. “Dia melihat tahta kemuliaan, melihat ayah dan ibunya. Namun dia mendengar suara yang mengatakan hidupnya belum berakhir dan harus kembali ke dunia.”

Menurut kisah Mariam, seorang biarawati muda berpakaian biru merawatnya sampai sembuh dan kemudian membawanya ke gereja. Perempuan itu dipercaya adalah Bunda Maria. Sejak saat itu, Suster Mariam mendedikasikan hidupnya untuk orang miskin dan pelayanan di gereja. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER