Jakarta, CNN Indonesia -- Panen tahun ini dirayakan secara spesial di Degania Alef, kolektif kibbutz pertama di Israel, yang pertama kali didirikan pada 1910 dengan semangat sosialis dan Zionis.
Terletak di tepian Laut Galilea, kibbutz di Degania merayakan kelahiran bayi yang ke-11 tahun ini, kelahiran terbanyak dalam 25 tahun terakhir.
Kibbutz, masyarakat kolektif yang berbasis pertanian, sempat mencapai puncaknya lebih dari dua dekade lalu, namun kemudian tenggelam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 1950an, 60an, dan 70an, gerakan kibbutz diminati namun kemudian mulai tergerus pasar bebas yang dimulai tahun 1980an dan gaya hidup konsumtif yang mengikutinya.
Krisis ekonomi yang melanda Israel pada pertengahan era 80an juga ikut menerjang kibbutz. Anak-anak muda kibbutz meninggalkan mimpi komunal mereka dan pindah ke kota. Komunitas itu tenggelam.
Namun beberapa tahun terakhir, komunitas ini kembali dilirik, karena banyak keluarga muda yang ingin melarikan diri dari biaya hidup tinggi dan keterasingan dalam gaya hidup masyarakat urban di perkotaan.
Dalam beberapa kasus, penganut kibbutz yang sekarang merupakan mereka yang tadinya ingin mencoba hal baru namun kemudian kembali ke kehidupan lama mereka. Yang lain merupakan para pekerja kota yang ingin mengubah gaya hidup mereka.
 Kibbutz yang awalnya berbasis pertanian kini juga memiliki pabrik canggih untuk pengolahan susu. (Reuters/Amir Cohen) |
Pada festival panen tahunan di Degania, para gadis mengenakan gaun putih dan menari dengan karangan bunga di kepala mereka. Traktor membawa anak-anak dan tanaman yang baru dipanen diletakkan di atas jerami. Bayi-bayi dipamerkan di atas panggung.
“Alih-alih melihat para orang tua, Anda tiba-tiba melihat begitu banyak kereta dorong bayi,” kata Bosmat Viner-Shwarzbard, 38, sambil membawa bayi perempuannya. "Ini membawa semangat pembaharuan untuk kibbutz. Saya senang apa yang kakek-nenek saya mulai di sini akan lestari.”
Viner-Shwarzbard, koki pastry, meninggalkan Degania menuju pinggiran ibu kota Tel Aviv ketika ia berusia 16 tahun. Dia kembali dengan suaminya 17 tahun kemudian dan menjadi bagian dari 350 anggota kibbutz pada Mei lalu, bersama dengan 16 orang lain.
Di halaman kibbutz di mana pendiri Degania membangun gudang pertama, suaminya, Oded, menjalankan sebuah restoran yang tampak seperti tempat makan kelas atas di ibu kota Tel Aviv.
"Secara finansial, membangun rumah dan keluarga jauh lebih mudah daripada di pusat. Juga, tidak ada stres, (tempat ini) memberi perlindungan, semua orang saling kenal, ada sebuah komunitas, nilai-nilai, itu berbeda dari kota," kata Oded.
Saat ini terdapat 274 komunitas kibbutz—sebagian besar di Israel, meskipun sekitar 20 berada di wilayah Tepi Barat yang diokupasi Israel, serta di Dataran Tinggi Golan—dan populasi mereka berkembang pesat, dengan 3 persen tahun lalu dibandingkan 1,1 persen pada satu dekade sebelumnya.
Rata-rata pertumbuhan populasi nasional Israel adalah 1,9 persen.
Sosiolog Shlomo Getz dari Universitas Haifa mengatakan dampak dari orang-orang muda yang kembali ke kibbutz luar biasa. "Mereka menghidupkan kembali (gerakan), dengan membawa banyak anak, berkontribusi terhadap budaya kibbutz," kata Getz.
 Warga Kibbutz berjumlah dua persen dari 8,3 juta penduduk Israel. Tapi komunitas ini telah melahirkan banyak politisi, elit militer dan tokoh budaya dan menyumbangkan lebih dari 40 persen dari hasil pertanian nasional. (Reuters/Ronen Zvulun) |
KebebasanWarga Kibbutz berjumlah dua persen dari 8,3 juta penduduk Israel. Tapi komunitas ini telah melahirkan banyak politisi, elit militer dan tokoh budaya, sekaligus menyumbangkan lebih dari 40 persen dari hasil pertanian nasional.
Untuk mengatasi masalah ekonomi yang mereka hadapi satu dekade lalu, warga kibbutz memulai proses "privatisasi", dengan menggabungkan struktur pasar bebas namun tetap mempertahankan jaring pengaman sosial yang kuat, termasuk kesehatan, kesejahteraan dan jaminan pendidikan.
Pada 2007, setelah bertahun-tahun mengalami stagnasi dalam demografis, tren mulai berubah, lebih banyak orang yang pindah ke kibbutz daripada yang meninggalkannya. Beberapa menjadi anggota, sementara yang lain menyewa atau membeli rumah di lingkungan baru yang dibangun di atas tanah kibbutz untuk menghasilkan pendapatan.
Jumlah pendatang baru kibbutz telah berkembang sejak itu, dan mencapai puncaknya pada 2011 ketika protes sosial terjadi di seluruh wilayah Israel dan ratusan ribu kelas menengah turun ke jalan untuk memprotes lonjakan biaya hidup dan perumahan.
Meskipun beberapa warga kibbutz masih berjuang secara finansial, namun sebagian besar stabil, atau hanya stagnan. Pendapatan utama mereka sekarang datang dari sektor industri, termasuk dari perusahaan terkemuka di Israel. Beberapa yang lain menjadi kaya karena menjual tanah.
Perubahan privatisasi di kibbutz dan harga perumahan yang di daerah tertentu kibbutz yang hanya setengah dari yang berlokasi di pusat Israel, membuat pindah ke kibbutz menjadi pilihan menarik.
Dalam sebagian besar komunitas kibbutz, para anggota tidak lagi harus berkecimpung dalam pekerjaan yang ditugaskan kibbutz demi mendapat tunjangan bulanan sederhana. Sebaliknya, mereka dapat mengejar jalur profesional mereka sendiri dan mendapatkan upah mereka sendiri, meski tetap ada jatah yang harus dikembalikan ke kibbutz.
 "Anak-anak saya tidak akan tumbuh menjadi konsumen belaka," kata seorang anggota kibbutz. "Mereka akan memahami nilai kerja—bahwa uang yang tidak tumbuh di pohon—nilai-nilai komunitas, saling membantu.” (Reuters/Ronen Zvulun) |
"Kibbutz memiliki beberapa karakteristik yang telah membuat orang mundur, kolektif akan memutuskan hidup Anda—di mana Anda bekerja, apa yang Anda pelajari, apakah Anda bisa bepergian ke luar negeri," kata Eli Ben-Rafael, profesor sosiologi di Universitas Tel Aviv, yang memimpin panel pemerintah pada 2002 yang mengawasi restrukturisasi kibbutz.
Sekitar sepertiga dari sistem kibbutz masih kolektif. Kibbutz Ortal, permukiman di Dataran Tinggi Golan dengan perkebunan buah, teknologi susu canggih dan pengolahan anggur berskala kecil, adalah salah satunya.
Gaji akan diserahkan ke kibbutz dan anggota akan mendapatkan setengah dari jumlahnya, atau tunjangan berdasarkan jumlah anggota keluarga dan senioritas.
Micky Neron, seorang wartawan lepas, dan istrinya, pindah pada 2012 dari Tel Aviv ke Ortal, di mana kicau burung di tempat itu kontras dengan gemuruh atau sesekali, ledakan dari perang sipil Suriah di dekatnya.
"Bekerja sepanjang hari mengejar gaji yang cukup tinggi untuk membayar sewa tampak sia-sia," kata Neron, 31.
Nir Ortal, 43, yang namanya kebetulan sama dengan nama kibbutz, dikirim pada 2004 ke New York oleh perusahaan teknologi tempatnya bernaung. Namun dia dan istrinya memilih untuk bergerak dan membesarkan dua anak-anak mereka di Ortal, di mana ia bekerja di sebuah perusahaan yang baru mulai di dekat Ortal.
"Anak-anak saya tidak akan tumbuh menjadi konsumen belaka," katanya. "Mereka akan memahami nilai kerja—bahwa uang tidak tumbuh di pohon—nilai-nilai komunitas, saling membantu.”
(stu)