Mantan Diktator Minta Maaf pada Rakyat Panama

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Kamis, 25 Jun 2015 13:17 WIB
Mantan pemimpin rezim militer Panama Manuel Noriega kini dipenjara atas kasus pembunuhan, perdagangan narkoba, pemerasan dan pencucian uang.
Mantan pemimpin rezim militer Panama Manuel Noriega kini dipenjara atas kasus pembunuhan, perdagangan narkoba, pemerasan dan pencucian uang. (Reuters/Carlos Jasso)
Panama City, CNN Indonesia -- Manuel Noriega, mantan diktator Panama, akhirnya berbicara setelah 19 tahun tidak terdengar suaranya. Dari penjara rumahnya, dia meminta maaf para rakyat Panama atas tindakan rezim militernya selama memerintah.

Diberitakan The Guardian, Kamis (25/6), Noriega dalam wawancara dengan stasiun televisi Telemetro membacakan permintaan maaf tertulis yang dibuatnya.

Pria 81 tahun ini mengaku, permintaan maafnya itu tidak dilandasi kepentingan pribadi, namun tulus ingin menutup jilid kekerasan rezim militernya yang telah menewaskan ratusan orang dan menghancurkan negaranya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya ingin menutup zaman militer sebagai komandan terakhir dengan meminta maaf," kata Noriega dengan tangan bergetar.

Mantan informan CIA ini terakhir berbicara pada jurnalis tahun 1996 dalam wawancara dengan Larry King dari CNN di penjara federal Miami, Amerika Serikat.

Noriega adalah pejabat tinggi militer Panama dan memimpin negara itu dari tahun 1983 hingga 1989. Dia digulingkan saat AS menginvasi Panama.

Tahun 1970-an, Noriega menjadi tokoh sentral perdagangan kokain di Amerika Selatan dan punya hubungan dekat dengan Kartel Medellin. Di bawah kepemimpinannya, pengedar narkoba menjadikan Panama sebagai jalur transit perdagangan obat bius dan bisa menyimpan uang haram di bank negara.

Dia kemudian diadili di AS tahun 1992 atas tuduhan perdagangan narkoba dan pemerasan. Dia dipenjara di AS hingga 2010, sebelum diekstradisi dan dipenjara di Perancis atas tuduhan pencucian uang hingga 2011.

Saat ini dia tengah menjalani hukuman 60 tahun penjara di Panama atas tuduhan pembunuhan, penggelapan uang, dan kejahatan lainnya saat memimpin Panama.

Menyebut dirinya sendiri "jenderal terakhir", Noriega meminta maaf bagi mereka yang "tersinggung, terpengaruh, terluka atau dipermalukan" oleh tindakannya dan bawahannya di tahun 1980-an.

Dia mengaku telah bertaubat dan "berdamai dengan dirinya sendirinya."

Reaksi warga Panama beragam. Kebanyakan sangsi Noriega tulus, mengatakan bahwa dia hanya mencoba menarik hati agar bisa segera keluar tahanan rumah.

Pasalnya selama bertahun-tahun terakhir, pengacaranya mencoba mengeluarkannya dari tahanan rumah dengan dalih kesehatan yang memburuk.

"Masalahnya dengan Noriega adalah kau tidak bisa memastikan apa yang jujur dan bohong dari dirinya," kata RM Koster, penulis biografi Noriega asal AS yang tinggal di Panama selama puluhan tahun. (stu)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER