Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah perburuan dan pembunuhan yang sadis terhadap Cecil, singa kesayangan masyarakat Zimbabwe yang memantik kecaman publik internasional pada pekan ini, perburuan singa oleh pemburu asing di Zimbabwe masih terus berlanjut.
Dilaporkan Reuters, mengutip sumber dari Taman Nasional Hwange di Zimbawe pada Sabtu (1/8), seekor singa kedua diburu oleh seorang warga negara asing yang tak disebutkan asalnya, pada 3 Juli lalu.
Padahal, pemerintah Zimbabwe telah melarang praktik perburuan singa di luar taman nasional tersebut, khususnya setelah insiden singa Cecil yang mati mengenaskan oleh seorang dokter gigi asal Amerika Serikat, Walter Palmer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berburu singa, macan tutul dan gajah di luar wilayah Taman Nasional Hwange dilarang dengan segera," kata direktur jenderal Otoritas Manajemen Pemeliharan Satwa dan Taman Nasional Zimbabwe, Edison Chidziya dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters.
Meski demikian, belum ada keterangan resmi dari pihak Taman Nasional Hwange terkait laporan ini. Namun, Chidziya mengkonfirmasi bahwa seorang pemburu asing ditangkap atas tuduhan melanggar peraturan perburuan. Belum ada keterangan apakah singa kedua yang diburu juga tewas seperti Cecil.
Bukan kakak CecilSeorang peneliti lapangan untuk Proyek Penelitian Singa di Hwange, Brent Stapelkamp, memaparkan bahwa singa kedua yang diburu oleh pemburu asing dipastikan bukan kakak dari singa Cecil, atau Jericho.
"Dia terlihat sehat dan baik-baik saja," kata Stapelkamp yang melacak keberadaan Jericho melalui perangkat GPS.
Pada Sabtu (1/8), sejumlah media asing mengutip laporan kelompok pencinta bintang yang menamakan diri Satgas Pemeliharaan Zimbabwe yang menyatakan bahwa Jericho juga tewas dalam sebuah perburuan ilegal, yang memancing kemarahan dari para pencinta binatang.
Stapelkamp menyatakan dia segera mengecek keberadaan Jericho ketika mendengar laporan tersebut. Menurut pengamatan GPS, Jericho masih sehat, dapat bergerak dengan bebas dan tengah berada di dekat singa wanita.
"Ketika saya melihat laporan media, saya segera mengecek komputer saya, dan pergerakannya terlihat biasa saja. Semuanya baik-baik saja," kata Stapelkamp.
Pekan ini, Palmer menyampaikan penyesalannya setelah membunuh singa Cecil, yang menjadi kesayangan masyarakat Zimbabwe. Palmer mengatakan bahwa ia mengandalkan pemandunya untuk memastikan perburuan yang sesuai dengan hukum.
Singa Cecil tewas mengenaskan setelah diburu pada malam hari dengan umpan bangkai hewan yang ditaruh di kap mobil. Palmer menembak Cecil dengan panah namun gagal membunuhnya. Lalu dua orang sewaannya melacak Cecil dan menemukannya 40 jam kemudian dan menembaknya hingga mati dengan senapan.
Cecil terkenal karena ciri khas rambutnya yang kehitaman dan telah menjadi objek foto favorit di Taman Nasional Hwage. Singa ini juga menjadi objek penelitian Universitas Oxford di Inggris serta telah dipasangi alat pelacak.
Pembunuhan Cecil meningkatkan kesadaran global soal perburuan singa oleh para pemburu asing. Aktivitas ini kerap menjadi tujuan wisata para turis asing di Zimbabwe, yang bersedia membayar puluhan ribu pound untuk melacak dan membunuh singa dan binatang besar lainnya.
(ama/ama)