Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah serangan besar-besaran pada Kamis (1/10) dini hari, pasukan militer Afghanistan berhasil merebut kembali Kota Kunduz dari Taliban.
"Pasukan keamanan Afghanistan mengambil kontrol Kota Kunduz dari Taliban setelah pertarungan hebat semalam," ujar Gubernur Kunduz, Hamdullah Danishi, kepada Reuters.
Melalui kicauan di akun Twitter pribadinya, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Sediq Sediqqi, juga mengonfirmasi kemenangan besar ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah direbut kembali dan dibersihan dari teroris. Kerusakan besar di pihak musuh," kicaunya.
Danishi juga sempat menjelaskan bahwa kemenangan ini dapat tercapai setelah mendapatkan bantuan besar.
"Setelah kami mendapatkan bala bantuan, kami memulai operasi besar-besaran di Kunduz. Taliban tidak dapat melawannya dan lari. Kami akan memberikan laporan lengkap secepatnya," katanya.
Perebutan kembali wilayah Kunduz ini menjadi hal penting bagi Afghanistan. Pasalnya, direbutnya ibu kota provinsi besar di Afghanistan oleh Taliban pada Senin (28/9) ini dinilai merupakan kemenangan besar bagi kelompok militan tersebut sejak 2001.
Selama dua hari, pasukan Afghanistan yang didukung oleh Amerika Serikat bertarung habis-habisan demi merebut kembali Kunduz.
Kepala Eksekutif Afghanistan, Abdullah Abdullah, pun menyatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak bantuan luar negeri untuk merebut kembali Kunduz.
Di sela sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat, Abdullah mengatakan bahwa ia sangat berharap Kunduz dapat direbut kembali. Namun, Afghanistan membutuhkan lebih banyak dukungan dari pasukan luar negeri.
"Di saat yang sama, kebutuhan untuk menjaring dukungan berkelanjutan bagi Afghanistan juga sangat dibutuhkan," kata Abdullah.
Diberitakan Reuters, Presiden AS, Baarack Obama, pada Mei lalu memutuskan bahwa pada akhir 2015, pasukan Amerika di Afghanistan akan dipangkas setengah hingga hanya tersisa 10 ribu personel. Mereka pun hanya berbasis di ibu kota Afghanistan, Kabul, dan pangkalan udara besar di dekatnya, Bagram.
Pada 2016, AS bahkan berencana untuk menyisakan hanya ratusan personel militer yang ditugaskan menjaga kantor perwakilan dan kepentingan lainnya.
Abdullah mengatakan bahwa keputusan untuk mengurangi jumlah personel di Afghanistan merupakan hak AS.
Lebih jauh, Abdullah menggarisbawahi pentingnya kesadaran Pakistan untuk berhenti melindungi Taliban.
"Saya dapat mengatakan bahwa tanpa dukungan yang diterima Taliban di Pakistan, militernya, situasi keamanan akan berbeda. Ini adalah isu penting," katanya.
(stu/stu)