Bencana Memicu Peningkatan Pernikahan Anak

Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 01 Okt 2015 14:53 WIB
Kelompok penentang pernikahan anak mengatakan bencana alam dan bencana akibat manusia memicu keluarga korban menikahkan anak perempuan mereka.
Bencana alam dan bencana akibat perbuatan manusia memicu peningkatan angka pernikahan anak perempuan. (Reuters/UNICEF Pacific/Handout)
London, CNN Indonesia -- Sebuah kelompok pegiat perempuan mengatakan bencana alam dan bencana akibat perilaku manusia memicu peningkatan pernikahan anak karena keluarga yang terkena dampak bencana itu tidak bisa membiayai mereka.

Kelompok Girls Not Brides mengatakan tingkat pernikahan anak meningkat tajam dan dalam beberapa kasus angka itu berlipat ganda di kamp pengungsi Suriah di Yordania. Sementara di Bangladesh, sejumlah keluarga menikahkan anak perempuan mereka untuk mengantisipasi terulangnya bencana alam.

“Situasi darurat seringkali menjadi pemicu terakhir bagi banyak keluarga yang memang sudah menghadapi kesulitan untuk hidup,” ujar Lakshmi Sundaram, direktur eksekutif Girls Not Bride, dalam satu pernyataan tertulis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Situasi ini mengubah situasi dan membuat orangtua kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari serta melindung mereka. Menikahkan anak perempuan menjadi satu-satunya opsi.”

Pernikahan anak membuat anak perempuan kehilangan kesempatan dan juga tidak pendidikan. Mereka juga berisiko mengalami luka berat atau kematian jika memiliki anak sebelum tubuh mereka siap. Risiko lainnya, adalah rentan terhadap kekerasa dalam rumah tangga dan kekerasan seksual.

Girl Not Brides mengatakan setiap tahun lebih dari 15 juta perempuan di seluruh dunia menikah sebelum usia 18 tahun.

Keluarga korban konflik berusaha mencapai wilayah aman untuk bisa mendapatkan kehidupan yang aman dan lebih baik. (Reuters/Alkis Konstantinidis )
“Di depan mata kita anak-anak itu kehilangan masa kecil, kesempatan untuk mendapat pendidikan, menjadi apapun yang mereka cita-citakan. Kita semua harus memastikan hal ini dihentikan,” kata Uskup Desmond Tutu, pemenang hadiah Nobel Perdamaian yang mendukung kampanye kelompok ini.

Salah satu Tujuan Pembangunan Berkesinambungan yang diadopsi oleh para pemimpin dunia di pertemuan puncak PBB adalah mengakhiri pernikahan anak pada 2030. Tetapi Sundram mengatakan sekadar menyetujui satu target tidak akan cukup untuk mengakhiri praktik itu.

“Pemerintah harus membuat dan menerapkan kebijakan yang bisa mengakhiri pernikahan anak. Dan menciptakan alternatif lain bagi anak perempuan dan keluarga mereka,” kata Sundaram.

“Jika pemerintah dan kelompok masyarakat madani tidak bertindak sekarang, jumlah perempuan yang menikah di bawah umum akan meningkat menjadi 1,2 miliar pada 2050.

Dengan menggunakan tagar #MyLifeAt15, kelompok Girls Not Brides meminta pemerintah menerapkan dan mewujdukan komitmen mengakhiri pernikahan di bawah umur. (yns)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER