Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah seorang pria berpedang dan mengenakan masker membunuh satu guru dan murid di sekolah Trollhattan pada Kamis (22/10), media Swedia langsung memberitakan bahwa nama pelaku adalah Anton Lundin-Pettersson.
Publik pun langsung mencari nama Pettersson di berbagai jejaring sosial. Menurut The Telegraph, beberapa profil sosial media Pettersson menunjukkan ketertarikannya pada gerakan sayap kanan dan gerakan anti-imigran.
Sehari sebelum serangan, akun YouTube Pettersson "menyukai" lagu "When Evil Speaks" karya grup elektro-industrial asal Belgia, Suicide Commando. Pettersson juga terpantau menonton video kolase potongan adegan militer Nazi pada masa Perang Dunia II.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merujuk pada laporan majalah Swedia pemantau ekstremisme kanan, Expo, secara keseluruhan video-video yang sering ditonton oleh Pettersson berbicara mengenai "proyek multikultural dari neraka," protes atas "kontrol media Yahudi terhadap peradaban Barat," dan menggarisbawahi "pentingnya ras dalam masyarakat."
Para tetangga mengaku kepada The Telegraph bahwa Pettersson hanya seorang remaja biasa yang memiliki ketertarikan dengan komputer dan musik hip-hop. Seorang tetangga, Liv Lingstrom, mengatakan bahwa Pettersson tidak memiliki gelagat seperti orang yang dapat melakukan aksi kekerasan.
"Saya berpapasan dengan dia di tangga dan dia selalu terlihat sangat baik dan bersahabat. Saya sama sekali tak menduga dia bisa melakukan ini," katanya.
Sementara itu, seorang rekan di tempat Pettersson bekerja juga mengaku terkejut. Teman masa kecil Pettersson menggambarkannya sebagai anak yang tertutup.
Sebelumnya, beberapa media menangkap gelagat aneh pelaku penyerangan di sekolah tersebut. Ia dilaporkan berfoto dengan murid sebelum melakukan serangan.
Para siswa pun mengira pelaku yang mengenakan helm Nazi dan topeng Darth Vader hanya sedang memakai kostum Halloween. Namun, mereka mulai panik ketika pelaku tiba-tiba menusuk seorang guru. Pettersson akhirnya tewas akibat baku tembak dengan polisi.
Namun, hingga kini kepolisian Swedia masih urung melansir identitas pelaku. Kepolisian mengaku menemukan hal menarik di tempat tinggal pelaku.
"Kami menggerebek rumah pelaku dan kami menemukan hal-hal yang menarik, tapi kami tidak mau mengungkap itu sekarang," ujar seorang komisioner kriminal kepolisian Swedia, Thord Haraldsson.
(stu)