Jakarta, CNN Indonesia -- China mengutuk serangan oleh militan Islam di sebuah hotel di ibu kota Mali yang menewaskan 19 orang pada Jumat (20/11). Tiga warga China yang merupakan petinggi perusahaan negara dalam bidang kereta api tewas dalam drama penyanderaan itu.
Pada Sabtu (21/11), Presiden China Xi Jinping juga mengatakan bahwa negaranya akan memperkuat kerja sama antiterorisme.
Kelompok bersenjata meneriakkan selogan-slogan Islam menyerang Hotel Radisson Blue di ibu kota Bamako, hingga akhirnya militer Mali menyerbu bangunan dan membebaskan 170 sandera.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pemerintah Mali dan dunia internasional melakukan upaya penyelamatan yang aktif, namun para penjahat telah mengabaikan hati nurani manusia dan melakukan kejahatan brutal dan tidak manusiawi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs kementerian.
"China mengungkapkan kemarahan dan mengutuk keras tindakan biadab ini," ujarnya.
Tiga orang China tewas adalah pejabat eksekutif dari perusahaan milik negara China Railway Construction Corp.
"China Railway Construction Corp sangat berduka dengan kematian tiga karyawan, dan kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga korban dan sangat mengutuk kekejaman yang dilakukan oleh teroris," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan di situsnya.
Mereka yang tewas adalah Zhou Tianxiang dan Wang Xuanshang, manajer umum dan wakil general manajer dari divisi internasional perusahaan, dan Chang Xuehui, general manajer dari divisi Afrika Barat.
Serangan terhadap hotel diklaim oleh kelompok jihad al-Mourabitoun dan al-Qaidah Maghreb Islam (AQIM). Ini adalah serangan terbaru dalam serangkaian serangan mematikan tahun ini di Mali, yang telah berjuang melawan pemberontak Islamis yang berbasis di gurun utara, selama bertahun-tahun.
Sebelumnya, China berjanji untuk mengadili mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan salah satu warganya yang diklaim dipenggal ISIS.
Beijing telah berulang kali mengecam militan Islam dan mendesak dunia untuk meningkatkan koordinasi dalam memerangi ISIS, meskipun enggan untuk terlibat dalam serangan melawan ISIS di Suriah dan Irak.
Para pejabat China mengatakan negara itu juga menghadapi ancaman dari separatis Islam di wilayah Xinjiang, di mana kekerasan telah menewaskan ratusan orang selama tiga tahun terakhir.
Selain warga China, seorang warga Amerika Serikat juga ikut menjadi korban, diidentifkasi bernama Anita Datar, yang berprofesi sebagai pekerja bantuan kemanusiaan. Seorang warga Belgia yang men jadi korban, Geoffrey Dieudonne, berada di sana dalam rangka konvensi bahasa Perancis selama tiga hari.
(stu)