Turki Ajukan Permohonan Pertemuan Erdogan dengan Putin

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Nov 2015 01:26 WIB
Kremlin mengaku telah menerima permohonan dari Erdogan untuk mengadakan pertemuan Vladimir Putin di sela KTT Perubahan Iklim di Paris, Perancis.
Erdogan sudah menelepon Putin sekitar tujuh atau delapan jam setelah Turki menembak jatuh pesawat Su-24 milik Rusia di Suriah pada Selasa (24/11). (Getty Images/Chris McGrath)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kremlin pada Jumat (27/11) mengaku telah menerima permohonan dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, untuk mengadakan pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di sela Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim di Paris, Perancis, yang akan diselenggarakan pada 30-11 Desember mendatang.

"Permohonan dari pihak Turki mengenai pertemuan tingkat kepala negara sudah disampaikan ke presiden. Hanya itu yang dapat saya katakan," ujar Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, seperti dikutip Reuters.

Peskov juga mengatakan bahwa Erdogan sudah menelepon Putin sekitar tujuh atau delapan jam setelah Turki menembak jatuh pesawat Su-24 milik Rusia di Suriah pada Selasa (24/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun hingga Kamis (26/11), Erdogan mengatakan kepada stasiun televisi France 24 bahwa Putin belum juga meneleponnya kembali.

Hubungan Rusia dan Turki memang memanas setelah insiden penembakan pesawat ini. Menurut Turki, pesawat yang sedang menjalankan misi penggempuran di dekat perbatasan Suriah tersebut melanggar batas wilayah. Karena tak bergeming setelah diperingati sepuluh kali, militer Turki memutuskan untuk menembak jatuh pesawat tersebut.

Namun menurut Rusia, pesawat tersebut sama sekali tak memasuki wilayah Turki. Armada Su-24 itupun ditembak di wilayah Suriah berjarak satu kilometer dari perbatasan dengan Turki.

Tak lama setelah insiden ini terjadi, Turki langsung bertemu dengan NATO. Putin yang geram pun mengatakan bahwa insiden ini bagaikan tikaman di belakang Rusia.

Dalam pertemuan dengan Presiden Perancis, Francois Hollande, pada Jumat (27/11), Putin juga masih masih geram dengan tindakan Turki yang dianggap sebagai pengkhianatan dari negara sahabat.

Kendati perseteruan terus bergulir, Putin memastikan akan terus mengintensifkan serangannya terhadap ISIS dan bekerja sama dengan Perancis. Ia pun melihat ini sebagai bagian untuk menciptakan koalisi lebih luas yang melibatkan Rusia dan negara-negara Barat.

"Kami siap untuk bekerja sama dengan koalisi pimpinan Amerika Serikat. Namun tentu saja, insiden seperti penghancuran pesawat dan kematian pejuang kami, sama sekali tidak dapat diterima," katanya setelah bertemu dengan Hollande di Moskow, Jumat (27/11).

Putin pun menegaskan bahwa jika insiden serupa terjadi, Rusia tidak akan lagi membutuhkan kerja sama dengan koalisi manapun.

"Kami tegaskan bahwa tidak akan ada pengulangan (insiden tersebut). Jika tidak, kami tidak membutuhkan kerja sama dengan siapapun, koalisi manapun, negara manapun," ucap Putin. (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER