Jakarta, CNN Indonesia -- Upaya pemerintah dan perusahaan swasta nasional dalam menanggulangi kebakaran hutan yang terjadi beberapa bulan terakhir mendapat acungan jempol dari Parlemen Jerman. Bencana tersebut dinilai sebagai salah satu kebakaran hutan yang terburuk di dunia, tidak hanya mengorbankan rakyat Indonesia namun juga menimbulkan polusi bagi negara tetangga.
Fattah Hardiwinangun, Sekretaris Pertama Bidang Penerangan, Sosial, dan Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin mengatakan apresiasi tersebut disampaikan anggota Parlemen Jerman dalam diskusi tentang minyak kelapa sawit (CPO) bertema Indonesia's Sustainable Palm Oil di KBRI Berlin.
Menurut Fattah, diskusi yang dipandu Jurgen Klimke dari Partai Christian Democratic Union, dan Dr. Thomas Gambke dari Die Gronen atau Partai Hijau bertujuan memberikan pemahaman di kalangan pemangku kepentingan tentang produk minyak sawit Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dari diskusi tersebut, para anggota parlemen Jerman menyadari kesulitan yang dialami Indonesia dalam menangani kebakaran hutan di lahan gambut dengan karakteristik yang unik,” kata Fattah, seperti dikutip Kantor Berita Antara, Sabtu (28/11).
Sebagai salah satu konsumen CPO terbesar di Eropa, para anggota Parlemen Jerman yang hadir dalam diskusi menyatakan negaranya membutuhkan pasokan minyak sawit dari sumber yang
sustainable.
“Di Jerman, minyak sawit diperlukan untuk industri
biofuel, makanan, obat-obatan, dan kosmetik,” jelasnya.
Kampanye NegatifUni Eropa sendiri merupakan pasar ekspor produk kelapa sawit Indonesia terbesar ketiga setelah India dan China dengan volume ekspor sekitar 3,5 juta ton atau senilai lebih dari US$ 2,2 miliar pada 2014.
Namun demikian, Uni Eropa juga merupakan tujuan ekspor di mana sawit Indonesia paling banyak mendapat tantangan kampanye negatif yang menurut Wakil Duta Besar Berlin Pramono, lebih banyak berbau politis.
Oleh karena itu, Pramono menyebut upaya memberikan pemahaman dan dukungan di kalangan politisi Jerman menjadi sangat penting.
“Kasus kebakaran hutan yang parah di Indonesia akhir-akhir ini juga perlu dipahami dalam konteks yang benar. Ada aspek El Nino dan aspek pelanggaran hukum serta rendahnya kesadaran lingkungan yang semuanya memerlukan penanganan secara komperehensif. Untuk itu, mengubah cara pandang para pemangku kepentingan di Jerman sebagai ekonomi terbesar di Eropa menjadi sangat penting,” jelasnya.
Pada Oktober 2015, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan komoditi minyak kelapa sawit dan produk turunannya sebagai komoditas penggerak ekspor Indonesia. Dengan demikian produk sawit menjadi salah satu pokok penting dalam diplomasi ekonomi Indonesia di Eropa.
(gen)