Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pelaku kejahatan paedofilia asal Inggris yang terbukti telah memakan korban 23 anak-anak di Malaysia dan Kamboja divonis seumur hidup oleh pengadilan London, Senin (6/6). Kejahatannya telah dilakukan bertahun-tahun dan terdokumentasikan di situs paedofil, korbannya paling kecil adalah bayi berusia enam bulan.
Diberitakan Reuters, tindakan Richard Huckle ini diduga telah memakan korban hampir 200 anak. Dia membanggakan setiap kejahatan yang dilakukan di situs paedofil dan mengatakan bahwa korban paling mudah adalah anak-anak dari keluarga miskin.
Huckle meraih kepercayaan korban dan keluarga mereka dengan menjadi seorang fotografer, guru bahasa Inggris dan seorang pencerita kisah-kisah Injil. Tampil sebagai sosok pria Kristen yang taat di hadapan korbannya, Huckle telah melakukan kejahatan seksual selama sembilan tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria berusia sekitar 30 tahun ini memposting ribuan foto kebersamaannya dengan anak-anak yang dia asuh di akun Facebooknya. Bahkan, sosoknya masuk dalam video promosi British Council di Malaysia, seperti dikutip dari
Buzzfeed.
Perkosaan terhadap anak-anak itu dia rekam, foto dan dibagikan di situs-situs paedofil di jejaring gelap internet. Polisi menemukan 20 ribu gambar porno anak-anak, termasuk lebih dari 1.000 foto perkosaan yang dilakukannya terhadap korban, di komputer dan kamera miliknya.
Pengadilan Old Bailey Inggris menjatuhkan vonis seumur hidup atas 71 dakwaan terhadap Huckle yang ditangkap di Bandara Gatwick London pada 2014.
"Tanpa ampun, Anda memangsa anak-anak yang belum puber dan rentan dari kelompok etnis minoritas. Anda terobsesi secara seksual terhadap anak-anak," kata hakim Peter Rook dalam pembacaan vonisnya.
"Seribu kematian terlalu baik untukmu," kata seorang wanita yang hadir dalam pengadilan.
Huckle pertama kali mengunjungi Malaysia pada tahun 2005, saat masih berusia 19 tahun, dan memangsa anak-anak di sana. Tahun berikutnya, dia berkunjung ke Kamboja, memperkosa kakak beradik berusia 4 dan 6 tahun. Sejak 2010, Huckle menetap di Kuala Lumpur.
Pria yang besar di Ashford, Inggris, ini juga membuat buku panduan setebal 60 halaman berisi tips dan pengalaman mengincar anak-anak miskin, berjudul “Pedophiles & Poverty: Child Lover Guide”.
"Anak-anak miskin jelas sangat-sangat mudah dirayu daripada anak-anak kelas menengah, saya masih berencana menerbitkan panduan untuk subyek ini nanti," tulis Huckle di sebuah blog.
Pengadilan mengatakan, Huckle mencari dana untuk tindak kejahatannya di situs gelap penggalang dana untuk para paedofilia. Huckle bahkan memberikan dirinya sendiri poin untuk sekitar 191 korban yang berhasil diperkosa atau dilecehkan. Ada berbagai material di laptopnya yang tidak bisa diakses karena terkunci enskripsi.
Kasus ini memicu kecaman terhadap aparat di Malaysia yang dianggap tidak mampu menangani kasus kejahatan seksuan terhadap anak.
Petugas di Malaysia dianggap tidak mengawasi dengan ketat kejahatan seksual. Pasalnya, Huckle kerap mengunjungi pengungsian warga yang tergusur pembangunan di Kuala Lumpur. Dia dipuji atas perannya terhadap anak-anak di tempat itu.
Pemerintah Malaysia telah membentuk
hot line bagi masyarakat yang ingin mengadukan informasi seputar kejahatan seksual anak. Organisasi perlindungan anak di Malaysia mengatakan kasus Huckle adalah puncak gunung es.
"Sayangnya, pelecehan seks terhadap anak sangat lazim di Malaysia," kata Sharmila Sekaran, aktivis dari organisasi Voice of the Children.
(den)