Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menawarkan bantuan kepada Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina untuk menyelidiki para pelaku dan mereka yang terlibat dalam serangan penyanderaan yang menewaskan 20 orang di sebuah restoran di ibu kota Dhaka.
Pemerintah Bangladesh menduga drama penyanderaan yang berlangsung hampir 12 jam itu dilakukan oleh kelompok militan dalam negeri, Jamaat-ul-Mujahideen Bangladesh, JMB. Kelompok ini juga dituding bertanggung jawab atas serangkaian pembunuhan di negara itu selama 18 bulan terakhir.
Terkait penyelidikan kasus ini, Kerry menawarkan bantuan FBI kepada Hasina melalui sambungan telepon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menlu (Kerry) mendorong pemerintah Bangladesh untuk melakukan penyelidikan sesuai dengan standar internasional tertinggi dan menawarkan bantuan dari penegak hukum AS, termasuk FBI," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby dalam sebuah pernyataan, dikutip dari
Reuters.Menteri Dalam Negeri Bangladesh Asaduzzaman Khan membantah keterlibatan ISIS dalam serangan penyanderaan itu. Pihak berwenang memastikan bahwa tujuh pelaku penyanderaan merupakan warga lokal.
Sementara, wakil inspektur jenderal polisi Shahidur Rahman menyebut bahwa sebagian besar militan merupakan kelompok warga yang berpendidikan dan berasal dari keluarga kaya, mengindikasikan bahwa radikalisasi keagamaan di negara itu telah meluas hingga ke keluarga berpendidikan tinggi.
Sumber yang dekat dengan penyelidikan serangan menyatakan kepada
Reuters bahwa serangan yang terjadi pada Jumat (1/7) itu terencana dengan baik, ketimbang sejumlah serangan yang terjadi di negara ini sebelumnya.
Sumber yang tak dipublikasikan identitasnya itu memaparkan bahwa serangan terjadi ketika sejumlah pria bersenjata menyerbu masuk ke dalam sebuah restoran yang terkenal di kalangan para ekspatriat. Para penyerang kemudian memisahkan warga lokal Bangladesh dengan warga asing.
[Gambas:Video CNN]Para penyerang kemudian meminta warga lokal Bangladesh untuk berdiri sebelum aksi pembunuhan dimulai.
Warga Bangladesh lalu diminta untuk menutup mata mereka dan membacakan ayat-ayat Al-Quran. Salah seorang militan mengecam seorang warga Bangladesh karena bersedia makan bersama warga non-Muslim saat Ramadan, menurut keterangan sumber tersebut.
Untuk membebaskan sandera, 100 petugas kepolisian Bangladesh meluncurkan baku tembak dengan para penyerang selama beberapa jam. Polisi berhasil membebaskan 14 sandera, membunuh enam pelaku penyerangan, dan menanngkap pelaku ketujuh, setelah upaya negosiasi tak membuahkan hasil.
Polisi juga mengamankan sejumlah bahan peledak dan senjata tajam. Namun, polisi tak berhasil menyelamatkan 20 sandera yang tewas dengan cara ditikam dengan parang, ditembak, maupun disiksa.
Para sandera yang tewas di antaranya sembilan warga Italia, tujuh warga Jepang dan seorang warga Amerika. Setidaknya tiga warga Bangladesh atau warga keturunan Bangladesh, juga termasuk dalam korban tewas.
(ama)