Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah penjara di New York, Amerika Serikat, memiliki berbagai program keagamaan khusus tahanan Muslim, termasuk memfasilitasi ibadah seperti shalat dan puasa. Hal ini juga yang membuat tahanan Muslim lainnya di seantero AS minta dipindahkan ke penjara ini.
Seperti diberitakan
New York Times pekan ini, sebanyak 250 tahanan Muslim di penjara Sing Sing bebas melakukan ibadah sebagai umat Islam. Seperti halnya Ramadan lalu, mereka berbuka puasa bersama dan shalat berjamaah.
Para tahanan minum air terlebih dulu saat azan Maghrib berkumandang pada pukul 20.30, shalat berjamaah di sebuah ruang khusus yang diubah menjadi masjid, lalu menyantap makanan berbuka bersama-sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut imam penjara itu, Jon Young, sebanyak 80 persen dari napi Muslim di penjara itu adalah mualaf yang masuk Islam setelah mendekam di bui. Total ada 1.600 tahanan di penjara dengan keamanan tinggi tersebut.
"Islam memiliki disiplin yang mereka tidak terima sebelumnya. Mereka jadi memiliki rasa persaudaraan, saling melindungi satu sama lain," kata Young.
Selain disediakan masjid dan waktu beribadah, napi Muslim di penjara Sing Sing juga dibekali dengan pelajaran agama. Pada sesi malam, sebelum berbuka, Young sempatkan ceramah soal kehidupan Nabi Yusuf, yang pernah bertahun-tahun di penjara namun tidak mengubah kepribadiannya yang jujur dan santun.
"Masyarakat harus mengenalmu berdasarkan karakter dirimu sebagai seorang Muslim," kata Young kepada para tahanan.
Karena berbagai program ini, banyak napi Muslim di berbagai tahanan lainnya minta dipindahkan ke Sing Sing. Salah satunya adalah Dontey, Middleton, 32, yang minta ditransfer ke Sing Sing dua tahun lalu.
"Di utara, di tempat lain, kami selalu diawasi oleh polisi. Di sini, kami punya kebebasan setiap hari untuk mempelajari agama ini dan beribadah," ujar Middleton.
Tidak semua penjara di negara bagian New York memfasilitasi umat Islam. Ada sekitar 11 persen napi Muslim dari 5.842 tahanan di seluruh penjara New York. Selain di Sing Sing, berbagai catatan diskriminasi dan perlakuan tidak menyenangkan dialami napi Muslim.
Salah satunya di penjara Auburn, beberapa napi Muslim mengeluhkan penutupan bui pada 2013 saat mereka seharusnya buka puasa dan shalat berjamaah di bulan Ramadan. Di penjara Attica, tahanan mengeluhkan larangan mandi selama sembilan kali pada Ramadan tahun 2012 dengan alasan yang tidak jelas.
Tahun 2005, napi Muslim Darryl Holland mengajukan gugatan terhadap penjara Wende. Pada Ramadan 2003, Holland dipaksa minum air karena harus menjalani tes urine. Karena dia berpuasa, Holland menolak, berujung hukuman di sel isolasi selama 77 hari.
Michael Tineo, 33, mengaku diskriminasi tidak didapatkannya di penjara Sing Sing. Sebelumnya di penjara Elmira, Tineo, selalu terlambat berbuka puasa. Sipir menolak mengantarkannya ke kantin penjara untuk santap berbuka, mengatakan pada dia, "Sayang sekali, hadapi saja."
Pihak Sing Sing mengadakan berbagai program Ramadan bagi napi, selain sahur dan berbuka bersama. Ada 60 napi Muslim yang berada di sel isolasi di Sing Sing, dan mereka tetap difasilitasi berpuasa.
Setiap tahunnya napi Muslim di penjara ini menggalang dana hasil penjualan minyak wangi kepada tahanan lainnya. Setengah dari hasil penjualan itu digunakan untuk biaya makan sahur dan berbuka serta untuk dana perayaan Idul Fitri. Setengahnya diberikan untuk pendanaan program-program keagamaan di Sing Sing.
Kebanyakan napi mualaf di Sing Sing mengakui perubahan besar sejak mereka masuk Islam. Keluarga juga melihat perubahan tersebut, seperti berkurangnya berkata-kata kasar, lebih banyak beribadah, dan sikap yang positif.
Salah satunya adalah Ivan Seabrooks, 41, pernah dipenjara selama 13 tahun. Seabrooks masuk Islam enam tahun lalu di Sing Sing. Sebelumnya, dia tidak pernah sekalipun berpikir mendapat gelar sarjana. Tahun lalu dia meraih gelar D3 dan tahun ini akan mendapat gelar sarjana S1.
"Menjadi Muslim mengubah seluruh perspektif saya. Dulu saya adalah pria yang pemarah. Islam mengajarkan kesabaran," kata Seabrooks.
(den)