Jakarta, CNN Indonesia -- Kembali ke pangung politik Perancis, Nicolas Sarkozy mengatakan ia akan memberlakukan larangan burkini di seluruh negeri jika ia terpilih lagi menjadi presiden pada pemilu 2017 mendatang.
“Saya akan menjadi presiden yang menciptakan kembali otoritas negara,” kata Sarkozy disambut tepuk tangan pendukungnya di sebuah stadion Chaterurenard, mengibarkan bendera Perancis sambil berteriak, “Nicolas! Nicolas!”
Sarkozy, dari partai konservatif, menjadi presiden Perancis pada periode 2007-2012 sebelum akhirnya kalah dari Francois Hollande dari Partai Sosialis.
“Saya ingin jadi presiden yang menjamin keamanan Perancis dan setiap warga Perancis,” kata pria berusia 61 tahun itu. Ia merujuk pada serangan kelompok militan yang telah menewaskan sebanyak 230 orang di Perancis terhitung sejak Januari 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam beberapa bulan terakhir, perolehan Sarkozy dalam jajak pendapat sebenarnya tak begitu baik. Ia berada di bawah Alain Jupe, mantan perdana menteri yang akan menjadi rival utamanya.
Namun popularitas Sarkozy terus merangkak naik terutama sejak Juni lalu, setelah serangan truk di Nice saat perayaan Bastille Day yang menewaskan 84 orang.
Kepada pendukungnya dalam kampanye pertama menuju 2017 itu, Sarkozy mengatakan bahwa pelarangan burkini seharusnya berlaku dalam skala nasional. Hingga saat ini ada 15 kota di Perancis yang melarang burkini.
“Saya menolak untuk membuat membiarkan pelarangan burkini di beberapa pantai dan kolam renang Perancis…pasti ada hukum untuk melaranag [burkini] di seluruh Republik,” kata dia. “Identitas kita terancam ketika kita menerima kebijakan imigrasi yang tak masuk akal.”
Sebaliknya, ia mengatakan bahwa pemakaian burkini merupakan pelanggaran atas sistem sekuler yang dianut Perancis.
“Kami datang ke sini untuk mendukungnya, kami akan memilih dia karena ia dinamis dan telah terbukti selama krisis subprime [mortgage] ia serius dan mampu,” kata Georges Petit, 77, yang datang bersama dengan istrinya.
(stu)