Jakarta, CNN Indonesia -- Cendikiawan Suryaatmadja, anak Indonesia berusia 12 tahun, akan menjadi mahasiswa termuda di sebuah universitas Waterloo, Kanada. Bocah yang akrab disapa Diki ini mengaku tidak sabar untuk belajar dan berkawan.
"Saya tidak sabar bertemu dengan mahasiswa baru dan bertemu teman baru," kata bocah asal Jawa Barat ini dalam wawancara yang diterbitkan
CBC News, awal pekan ini.
Andre Jardin, staf penerima mahasiswa Universitas Waterloo mengatakan Diki adalah mahasiswa termuda dalam sejarah universitas di Ontario.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat kami menilai calon mahasiswa, kami tidak melihat jenis kelamin, etnis, latar belakang. Apa yang kami lihat yaitu sistem pendidikan jika mereka adalah mahasiswa internasional dan menilai tingkat penerimaan mereka," ujar Jardin.
"Kami melakukan pemeriksaan dari segi tersebut. Jadi pertama, dia layak diterima, dan langkah lainnya, oke, dia 12 tahun," lanjut dia.
Diki akan memulai kuliah pertamanya pada Kamis besok. Dilansir AFP, Diki akan mengambil studi fisika, serta beberapa kelas tambahan matematika, kimia dan ekonomi.
Dia akan tinggal di sebuah apartemen dekat kampus dengan ayahnya. Sejauh ini, Diki mengaku senang berada di Kanada karena masyarakatnya yang ramah. Namun dia menyadari proses adaptasi akan sulit jika berhadapan dengan budaya dan cuaca.
"Tentu akan ada transisi budaya, makanannya juga berbeda, itu salah satu yang saya rindukan. Dan cuaca juga, di sini lebih dingin, karena kampung halaman saya adalah negara tropis," ujar Diki.
Belajar bahasa InggrisDiki belajar bahasa Inggris selama enam bulan di Singapura. Dia membaca banyak buku berbahasa Inggris dan menonton film Barat dengan teks terjemahan, terutama yang paling dia sukai adalah komedi.
"Sedikit demi sedikit, melalui osmosis, kita bisa belajar bahasa," ujar dia.
Hobi Diki adalah lari dan berenang. Di Kanada, dia mengatakan akan mencoba selancar es saat musim dingin.
"Saya berada di negara empat musim, saya ingin mencobanya [selancar es]. Saya kira saya akan jatuh, itu mengapa saya butuh pelindung tubuh," ujar dia.
Diki pernah merasakan musim salju sebelumnya saat dia di Kazakhstan. "Rasanya seperti kulitmu retak dari dalam," kata Diki.'
Menurut Jardin, selain cerdas Diki adalah bocah yang karismatik.
"Saat saya bertemu dia, tentu saja dalam waktu yang singkat, dia sangat karismatik dan mudah bergaul, saya kita itu bisa membantunya membaur," ujar Jardin.
"Kita tahu dia mampu secara akademi, dia punya permohonan beasiswa yang luar biasa, jadi sekarang tinggal membantu dia beradaptasi."
(den)