Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus narapidana asing kabur dari Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan dengan membuat terowongan mengingatkan pada El Chapo yang lari dari Penal del Altiplano, Meksiko, 2015 lalu.
Raja narkotik bernama asli Joaquin Guzman Loera itu melarikan diri melalui terowongan sedalam 9 meter yang terbentang sepanjang 1,6 kilometer dari penjara ke sebuah situs konstruksi.
Guzman diyakini turun ke terowongan itu melalui lubang dengan luas 0,5x0,5 meter yang tersembunyi di bak mandi yang ada di sel dengan pengamanan tertinggi itu.
Terowongan tersebut, meski hanya berukuran seadanya, sudah dilengkapi dengan penerangan, ventilasi dan rel sepeda motor yang mungkin digunakan untuk membawa tanah hasil galian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situs konstruksi yang menjadi ujung terowongan itu berada di sebuah permukiman di Santa Juanita.
Dua peristiwa ini memang terdengar seperti cerita di film, tapi daftar kejadian serupa tidak berhenti sampai di situ. Pada 2011, sebanyak 476 narapidana di Penjara Sarposa, Afghanistan, pun melarikan diri dengan cara yang hampir sama.
Seluruh narapidana yang melarikan diri, kecuali satu orang, adalah anggota Taliban. Kelompok tersebut membangun terowongan selama lebih dari lima bulan untuk melarikan ratusan orang tersebut.
Sama seperti dalam kasus El Chapo, terowongan itu sudah dilengkapi listrik dan saluran udara. Jalur rahasia itu berawal dari lubang selebar hampir 1 meter dengan panjang lebih dari 800 meter ke sebuah rumah.
Bobolnya keamanan penjara tersebut baru terdeteksi setelah beberapa jam. Saat itu, para narapidana sudah lebih dulu diangkut ke tempat pelarian mereka.
Pemerintah mengklaim telah menangkap kembali puluhan napi yang melarikan diri itu. Namun, Taliban menampiknya.
Pada 2006, para narapidana Organisasi Keamanan Politik, termasuk Jamal al-Badawi, otak serangan bom mematikan al-Qaidah ke kapal penghancur Amerika Serikat USS Cole, melarikan diri dengan menggali terowongan.
 Kasus El Chapo adalah contoh terbaru pelarian narapidana dari penjara menggunakan terowongan. (REUTERS/Edgard Garrido) |
Mereka menggunakan gagang sapu dan potongan kipas untuk menggali terowongan yang mengarah ke sebuah masjid di dekat penjara. Berbeda dengan kasus yang disebutkan sebelumnya, tampaknya mereka menggunakan bola sepak yang dibungkus pelastik untuk membantu pernapasan.
Al-Badawi dijatuhi vonis hukuman mati karena mengotaki serangan ke kapal Kapal USS Cole, pada 2000 silam. Dia dinyatakan terbukti bersalah mengarahkan dua pelaku bom bunuh diri dalam aksi yang menewaskan 17 orang itu.
Selain itu, masih ada beberapa kasus lain termasuk kaburnya 100 orang dari Penjara Carandiru, Brazil, pada 2001 lalu. Bahkan, kasus serupa pernah terjadi juga di masa Perang Dunia II.
Pada 1944, anggota Angkatan Udara Amerika Serikat yang ditahan di Stalag Luft III di daerah yang diokupasi Jerman di Polandia melarikan diri menggunakan tiga terowongan berbeda dalam waktu yang bersamaan.
Terowongan-terowongan itu digali sedalam 9 meter di bawah permukaan. Sementara itu, luasnya hanya 0,6 meter. Sebanyak 76 berhasil melarikan diri hingga orang ke-77 dipergoki keluar dari terowongan.
Dari 76 orang tersebut, 73 di antaranya ditangkap. Adolf Hitler semula menginginkan mereka semua dieksekusi. Akhirnya, eksekusi dilakukan pada 50 orang karena ditentang anak buahnya yang mempertimbangkan Konvensi Jenewa.