Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat mengaku siap menggunakan kekuatan penuhnya untuk menghentikan program misil Korea Utara. Kekhawatiran muncul di kalangan AS dan negara-negara sekutunya setelah Korut meluncurkan misil antarbenua pada Selasa (4/7), tepat pada hari kemerdekaan AS.
Ahli menyebut misil itu bisa mencapai daratan Amerika, bahkan Alaska. Bukan hanya itu, misil juga bisa membawa senjata nuklir yang berat untuk menghancurkan sasarannya.
Perwakilan AS untuk Persatuan Bangsa-Bangsa berkata dalam pertemuan dadakan bahwa aksi Korut itu “dengan cepat menutup kemungkinan solusi diplomatis” dengan AS. Negeri Adidaya juga bersiap mempertahankan dirinya sendiri bersama negara-negara sekutunya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Salah satu kemampuan kami ada pada kekuatan militer yang perlu dipertimbangkan. Kami akan menggunakannya jika memang harus,” tuturnya menegaskan. Namun, Nikki Haley melanjutkan bahwa untuk sementara ini pihaknya memilih tidak bertindak ke arah sana.
Misil yang diluncurkan Korut sekaligus menjadi tantangan bagi Presiden AS, Donald Trump yang diberitakan Reuters telah bersumpah membuat Korut tidak bisa menyentuh negaranya dengan misil mereka. Buktinya, negeri pimpinan Kim Jong Un menyatakan mereka bisa.
Trump mengingatkan agar China, yang masih menjadi mitra perdagangan Korut sekaligus sekutu terbesar mereka, untuk menekan Pyongyang sehingga menghentikan program nuklir mereka.
Kini, cara lain yang akan ditempuh AS adalah, seperti disebutkan Haley, mengancam negara-negara berbisnis dengan Korut. Haley mengancam Washington juga akan memutus hubungan dengan mereka, karena sudah menyalahi resolusi PBB. Lagi-lagi, ada China di dalamnya.
“Kebanyakan beban untuk menegakkan sanksi dari PBB itu ada di pundak China,” kata Haley.
Ia mengatakan, AS siap bekerja sama dengan China dan negara-negara lain yang masih memikirkan perdamaian ketimbang asal tembak nuklir. Sejauh ini, Beijing belum memberlakukan sanksi tegas dan keras terhadap negara tetangganya.
Yang bisa mereka lakukan antara lain embargo minyak, melarang maskapai penerbangan dan pekerja serta melarang bank atau perusahaan lain untuk berbisnis dengan Korut.
Meski belum melakukannya, China sudah berpendapat melalui perwakilannya di PBB, Liu Jieyi bahwa peluncuran misil Korut merupakan pelanggaran besar dan tak dapat diterima.