'Ekstremisme di Inggris Bisa Picu Kekejaman Nazi Terulang'

CNN Indonesia
Jumat, 04 Agu 2017 05:11 WIB
Korban selamat tragedi Holocaust memperingatkan bahwa sikap ekstremisme dan intoleran di Inggris bisa memicu terulangnya kekejaman Nazi di masa lalu.
Foto korban-korban kamp konsentrasi Nazi di Auschwitz-Birkenau, Polandia, saat peringatan tragedi Holocaust. (REUTERS/Kacper Pempel)
Jakarta, CNN Indonesia -- Korban tragedi Holocaust memperingatkan bahwa peningkatan pandangan ekstrem dan sikap intoleran di Inggris dalam beberapa waktu terakhir bisa memicu terulangnya kekejaman Nazi di masa lalu.

Sejumlah korban selamat itu mengatakan, Inggris harus menghindari hal tersebut dengan terus mengingatkan warga Inggris tentang kekejaman Nazi serta faktor-faktor yang mendorong munculnya gerakan fasisme tersebut.

Holocaust sendiri merupakan tragedi pembantaian sekitar enam juta orang Yahudi di Eropa oleh rezim Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler saat menguasai Jerman pada dekade 1930-1940-an.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peter Lantos, salah satu korban selamat Holocaust, pun mendukung rencana pemerintah Inggris untuk mendirikan memorial dan pendidikan Holocaust nasional di Westminster. 

Dibangun dengan biaya sekitar US$6,6 miliar, pusat peringatan itu rencananya akan dibuka secara publik pada 2021 mendatang.

"Pusat memorial Holocaust bisa menjadi peringatan kuat tentang apa yang terjadi pada tahun-tahun kelam itu," tutur Lantos pada Kamis (3/8).

Saat Holocaust, Lantos sendiri masih anak-anak. Ia harus menyaksikan pembunuhan 22 anggota keluarganya sendiri oleh Nazi.

Kini, ia merupakan generasi terakhir dari saksi Holocaust yang masih hidup. Ia khawatir, generasi muda kelamaan akan lupa dengan bahaya dari intoleransi yang dapat berujung genosida.

"Pusat pendidikan ini tak sekadar merekam dan menggambarkan kesaksian Holocaust di masa lalu, tapi juga bisa menjadi peringatan kuat bagi generasi masa depan tentang sentimen xenofobia dan intoleransi bisa memicu tindakan genosida," katanya.

Joan Salter, salah satu korban Holocaust lainnya, juga menyatakan kekhawatiran serupa. Menurutnya, kini Inggris sudah menuju perubahan peradaban di mana perpecahan sosial, pandangan ekstrem, hingga tindakan intoleransi mulai menjamur.

"Peradaban selalu dianggap sebagai suatu hal yang kokoh, padahal sebenarnya dari pengalaman, kita bisa lihat bahwa peradaban itu sangat rentan dan mudah dicabik dengan nilai-nilai baru. Jerman kemarin bisa dengan mudah menjadi Inggris di masa depan," kata pria berusia 77 tahun itu seperti dikutip The Independent.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER