Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok bersenjata Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) menyatakan gencatan senjata selama satu bulan, yang terhitung mulai hari Minggu (10/9) waktu setempat, untuk memberikan kesempatan bagi kelompok kemanusiaan memberikan bantuan di wilayah barat Myanmar.
Dilansir dari Reuters, lebih dari 300 ribu warga Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh dan sebanyak 30 ribu warga non-Muslim telah direlokasi ke Myanmar, setelah kelompok militer pemerintah melakukan perlawanan atas serangan yang dilakukan oleh ARSA.
Serangan yang terjadi pada 25 Agustus lalu merusak 30 pos polisi dan pangkalan militer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“ARSA meminta seluruh kelompok kemanusiaan untuk kembali membantu seluruh korban, terlepas dari latar belakang etnis dan agama, selama periode gencatan senjata,” kata ARSA melalui keterangan resminya.
Tragedi Rohingya di Myanmar membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan bantuannya. PBB dan mitranya membuat rencana untuk menyediakan bantuan bagi ratusan ribu pengungsi Rohingya.
Bantuan yang akan diberikan adalah makanan, tenda, air bersih, layanan kesehatan, dan bantuan lainnya.
Menurut kantor berita MENA dikutip dari Antara, bantuan ini akan diberikan sampai akhir tahun 2017. Dana untuk menyediakan bantuan senilai US$7 juta ini dikeluarkan dari dana darurat PBB.
Badan penyedia bantuan PBB tersebut sudah memiliki tim di COx's Bazar, tempat warga Rohingya bermukim sementara.
Selain itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pun mendesar pemerintah Myanmar untuk segera mengakhiri masalah kejam dengan Rohingya. Ia juga meminta pemerintah Myanmar untuk menarik kebijakan lamanya serta memberikan status warga negara kepada warga Rohingya.
(ard)