Jakarta, CNN Indonesia -- Juru bicara Pentagon, Robert Manning, enggan mengomentari laporan bahwa peretas Korea Utara mencuri dokumen rencana perang Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk melengserkan rezim Kim Jong-un.
Sebagaimana dilansir
Reuters, Manning memang mengaku sudah mengetahui laporan mengenai peretasan ini, tapi enggan berkomentar lebih lanjut.
"Meski saya tidak ingin berkomentar mengenai masalah intelijen atau insiden spesifik yang berkaitan dengan peretasan siber, saya dapat memastikan kepada kalian bahwa kami yakin dengan keamanan rencana operasi kami dan kemampuan kami untuk menghadapi ancaman dari Korut," katanya.
Kementerian Pertahanan Korsel sendiri mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengonfirmasi peretasan ini karena merupakan masalah yang sensitif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabar ini pertama kali diungkap oleh Rhee Cheol-he, anggota Dewan Nasional Korsel yang mengaku mendapatkan bocoran informasi mengenai peretasan ini dari Kementerian Pertahanan.
Kepada
CNN, Rhee mengatakan bahwa data yang dicuri oleh Korut pada September lalu ini terbilang sangat banyak, mencapai sekitar 235 gigabyte.
[Gambas:Video CNN]Sejumlah data yang dicuri membeberkan cara untuk mengidentifikasi pergerakan anggota pemerintahan Korut, mengungkap lokasi persembunyian mereka, hingga metode serangan dari udara sebelum mematikan para petinggi itu.
Rhee mengatakan, 80 persen dari data yang dicuri belum teridentifikasi. Namun, data itu diperkirakan tidak terlalu bisa dijadikan alasan untuk mengancam Korsel karena bukan rahasia besar intelijen.
Menurut Rhee, peretasan ini bisa terjadi karena "kesalahan sederhana" lantaran seseorang lupa melepaskan kabel penghubung dari intranet militer ke internet setelah melakukan operasi perawatan.
(has)