Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Rusia
Vladimir Putin menjamu Presiden Suriah
Bashar al-Assad di Sochi untuk membahas upaya percepatan perdamaian di negaranya, Senin waktu setempat (20/11). Pertemuan selama tiga jam itu dilakukan sebagai upaya mengakhiri perang sipil yang telah bergejolak sejak 2011.
Kremlin menyatakan Putin dalam pertemuan itu meminta Assad mulai berfokus mencari solusi damai setelah sekian lama memprioritaskan operasi militer untuk membungkam pemberontak, termasuk ISIS, menyusul keberhasilan tentara Suriah merebut Albu Kamal, kota terakhir yang dikuasai kelompok teror tersebut.
"Kita masih harus menghadapi jalan panjang sebelum mencapai kemenangan sepenuhnya dalam melawan teroris. Namun, jika bicara soal kerja sama antara kedua negara dalam memerangi terorisme di Suriah, operasi militer memang hampir selesai," tutur Putin kepada Assad sebagaimana dikutip
Reuters pada Rabu (22/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini, hal terpenting adalah beralih kepada pernyataan politik, di mana saya memperhatikan kesiapan Anda [Assad] untuk bekerja dengan semua pihak yang mendukung perdamaian dan solusi dalam konflik," katanya menambahkan.
Selain itu, Putin juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada militer Rusia yang selama ini telah membantu Suriah melawan pemberontak. Dia mengklaim peran militernya selama ini berhasil membantu situasi di Suriah kembali stabil.
"Terima kasih kepada tentara Rusia, Suriah telah aman sebagai sebuah negara. Banyak yang telah dilakukan untuk menstabilkan situasi di Suriah," ujarnya.
Sementara itu, Assad juga sepakat mempercepat perundingan damai di negaranya dan mengatakan siap berdialog dengan seluruh pihak yang ingin menyelesaikan konflik dengan solusi politik.
"Kami tidak ingin melihat dan mengungkit masa lalu. Kami siap berdialog dengan semua pihak yang ingin menghasilkan penyelesaian politik," kata Assad seperti dilansir
AFP.
 ISIS sudah kehilangan sebagian besar wilayah kekuasaannya di Suriah. (REUTERS/Erik De Castro) |
Meski begitu, Kremlin menolak untuk menjelaskan apakah nasib pemerintahan Assad turut dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Seorang juru bicara Kremlin mengatakan bahwa hal itu bergantung pada keinginan rakyat Suriah.
Kepemimpinan Assad selama ini menjadi salah satu pemicu perpecahan hingga perang sipil selama enam tahun di Suriah.
Pembicaraan Putin dan Assad pada awal pekan ini merupakan bagian dari upaya Moskow memulai kembali proses perdamaian di Suriah yang selama ini terhambat. Sejak lama Rusia berupaya menjadi pihak ketiga dalam menengahi konflik Suriah.
Tak hanya Assad, Putin pun turut membicarakan upaya perdamaian Suriah dengan sejumlah pemimpin negara terkait seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Raja Salman dari Arab Saudi, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Presiden Iran Hassan Rouhani, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Melalui percakapan teleponnya dengan Trump pada Selasa (21/11), Putin menekankan pentingnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memimpin proses perdamaian Suriah.
Kepada Trump, Putin juga mengatakan bahwa Assad telah memastikan akan patuh terhadap proses politik untuk mereformasi konstitusi termasuk menggelar pemilihan presiden dan parlemen Suriah.
(aal)