NATO Usir 7 Diplomat Rusia karena Kasus Racun di Inggris

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Rabu, 28 Mar 2018 11:38 WIB
NATO mengusir tujuh diplomat Rusia bagian dari solidaritas atas kasus peracunan eks-agen ganda Rusia di Salisbury, Inggris.
NATO mengusir tujuh diplomat Rusia bagian dari solidaritas atas kasus peracunan eks-agen ganda Rusia di Salisbury, Inggris. (REUTERS/Francois Lenoir)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengusir tujuh diplomat Rusia sebagai "akibat dan konsekuensi" atas kasus peracunan eks mata-mata, Sergei Skripal, di Inggris pada awal Maret lalu.

Stoltenberg juga menuturkan akan mengurangi sepertiga perwakilan Rusia di NATO dari 30 menjadi 20 orang sebagai respons internasional atas insiden yang diduga didalangi oleh Kremlin tersebut.

"Saya telah menarik akreditasi tujuh perwakilan Rusia di NATO. Saya juga akan menolak permintaan akreditasi bagi tiga perwakilan Rusia lainnya," ucap Stoltenberg kepada wartawan di markas NATO di Brussels, Rabu (28/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Langkah ini jelas memberi pesan kepada Rusia bahwa ada harga dan konsekuensi dari tindakannya yang berbahaya dan tidak dapat diterima," lanjut mantan Perdana Menteri Norwegia itu.

Dilansir AFP, keputusan NATO ini menambah pelik ketegangan antara Rusia dan negara Barat dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, 22 negara  juga telah melakukan hal serupa sebagai bentuk solidaritas terhadap Inggris yang telah lebih dulu mengusir 23 diplomat Rusia dari negaranya.

Stoltenberg menuturkan Rusia "telah menyepelekan persatuan persekutuan NATO". Dia menegaskan Rusia harus mengurangi aktivitas intelijennya yang mengancam di negara NATO dan negara lainnya yang turut mengusir diplomatnya.

Meski begitu, Stoltenberg menekankan bahwa aliansinya tidak ingin memulai "perang dingin" baru dengan Moskow. Dia mengatakan NATO akan tetap melanjutkan "keterbukaan berdialog dan pendekatan pertahanannya secara formal serta informal" dengan Rusia.

Skripal, mantan intelijen Rusia yang menjadi agen ganda di Inggris, bersama putrinya, Yulia, ditemukan tak sadarkan diri di sebuah bangku dekat pusat perbelanjaan di Salisbury pada 4 Maret lalu. Inggirs mengonfirmasi bahwa keduanya terpapar racun saraf Novichok, senjata kimia yang dikembangkan oleh militer Uni Soviet.

Hingga kini Skripal dan Yulia masih dalam keadaan kritis karena mengalami kerusakan otak. London menuding Kremlin berada dibelakang peracunan Skripal itu.

Namun bukti keterlibatan langsung Rusia atas insiden peracunan tersebut belum diketahui. Hal tersebut menyebabkan sejumlah negara seperti Austria dan Yunani menolak untuk mengikuti jejak negara-negara yang mengusir diplomat Rusia.

Presiden Vladimir Putin berkeras membantah seluruh tudingan Barat terkait peracunan tersebut. Putin menganggap tudingan Barat sebagai "omong kosong" belaka.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan negaranya bersumpah akan membalas pengusiran para diplomat oleh puluhan negara Barat tersebut.

(nat)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER