Asa Pertemuan Kim Jong-un dan Moon Jae-in Akhiri Perang Korea

Natalia Santi | CNN Indonesia
Jumat, 27 Apr 2018 08:40 WIB
Pertemuan pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan damai mengakhiri Perang Korea.
Pertemuan pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan damai mengakhiri Perang Korea. (Host Broadcaster via REUTERS TV)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kim Jong-un menjadi pemimpin Korea Utara pertama yang menjejakkan kaki di Korea Selatan sejak dihentikannya Perang Korea 1950-1953. Dua pertemuan puncak sebelumnya yang dilakukan mendiang sang ayah, Kim Jong-il pada 2000 dan 2007 digelar di Ibu Kota Korea Utara, Pyongyang.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bertemu di Rumah Perdamaian, yang terletak di garis demarkasi militer sisi Korea Selatan di desa gencatan senjata Panmunjom, Jumat (27/4).

Pertemuan puncak atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Inter-Korea tersebut adalah pertemuan pertama selama lebih dari satu dekade. Seluruh dunia menantikan hasil pertemuan, yang berlangsung pasca perang kata-kata yang sempat memicu kekhawatiran akan meletusnya perang dunia ketiga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KTT Inter-Korea ketiga ini juga diharapkan bakal meletakkan dasar-dasar KTT lanjutan, yakni pertemuan KTT AS-Korut antara Presiden Donald Trump dan Kim Jong-un yang bertujuan melucuti senjata nuklir Korea Utara.

Agenda utama dua KTT Inter-Korea sebelumnya yang digelar pada 2000 dan 2007 adalah kerja sama ekonomi. Namun dalam KTT hari ini, Jumat (27/4), Moon berencana untuk memastikan langsung perlucutan senjata nuklir Korea Utara kepada Kim Jong-un, serta menciptakan suasana kondusif agar KTT AS-Korut menghasilkan langkah konkret soal denuklirisasi.

Moon tampak siap untuk bekerja sama erat dengan Trump. Dia berencana untuk menelepon Trump seusai bertemu Kim Jong-un. Presiden Korsel itu juga akan pergi ke Washington untuk bertemu Trump pada pertengahan Mei mendatang.


Selain denuklirisasi, isu lain yang juga menjadi harapan banyak orang adalah kesepakatan damai antara kedua Korea. Perang Korea diakhiri pada 1953 bukan dengan perjanjian perdamaian, melainkan dengan gencatan senjata. Karenanya, kondisi perang masih berlaku di Semenanjung Korea. Rumor soal bakal ditekennya kesepakatan perdamaian yang mengakhiri Perang Korea itu telah merebak sejak beberapa pekan terakhir.

Harapan lain yang mengemuka dan yang paling mungkin adalah peningkatan hubungan kedua Korea. Yang harapannya ditandai dengan berbagai kerja sama, juga menghidupkan kembali kerja sama yang telah ada. Seperti misalnya, zona industri bersama Kaesong.

Adapun puncak dari segala peningkatan hubungan kedua negara adalah reunifikasi Korea. Yang menurut banyak kalangan, tidak mungkin secepatnya terwujud, melainkan harus dilakukan perlahan setahap demi setahap.

Rencananya, Kim Jong-un akan didampingi sembilan pejabat, termasuk adik perempuannya yang memimpin delegasi Korut ke Olimpiade Musim Dingin di Korsel pada Februari lalu, Kim Yo-jong, serta kepala negara seremonial, Kim Yong-nam.

Selain itu, ada pula Kim Yong-chol, mantan kepala intelijen, dan Choe Hwi, kepala panel olahraga. Ri Su-yong, anggota Politburo Korut, dan Ri Myong-su, kepala staf Angkatan Bersenjata Rakyat Korea, juga ikut serta dalam delegasi.

Menteri yang ikut dalam kunjungan termasuk Menteri Pertahanan Pak Yong-sik dan Menteri Luar Negeri Ri Yong-ho, di samping para pejabat yang memimpin upaya reunifikasi damai kedua Korea, Ri Son-gwon.

Di sisi lain, delegasi Korsel terdiri dari tujuh pejabat. Antara lain, Penasihat Keamanan Nasional Chung Eui-yong, yang mengunjungi Korsel awal tahun ini sebagai utusan khusus. Dia diduga merupakan perancang pendekatan hingga terwujudnya pertemuan bersejarah antar-korea. Dia juga yang menyampaikan pesan Kim Jong-un kepada Trump di Gedung Putih, bulan lalu.

Selain itu ada Suh Hoon, Direktur Badan Intelijen Nasional Korsel, juga Cho Myoung-gyon, Menteri Unifikasi, Kepala Staf Kepresidenan Im Jong-seok, Menteri Pertahanan Song Young-moo, Menteri Luar Negeri Kang Kyung-wha, serta Jeong Kyong-doo Kepala Staf Gabungan Korsel.

[Gambas:Video CNN]

Beberapa kalangan di Korea Selatan mengaku kecewa lantaran Moon tidak bakal mengulik catatan hak asasi manusia Korea Utara atau aksi permusuhan yang dilancarkan Pyongyang di masa lalu.

Puluhan orang menggelar aksi di depan Istana Cheongwadae, Rabu (23/4). Di antara mereka terdapat keluarga yang orang-orang tercintanya diculik Korea Utara selama Perang Korea 1950-1953. Mereka minta masalah tersebut diangkat dalam pertemuan bersejarah antar-Korea itu, juga masalah penculikan sejumlah warga Jepang. Namun, tidak semua harapan bakal dapat ditampung dalam satu pertemuan. Korea Selatan mengharapkan agar KTT Inter-Korea kali ini bakal berlanjut, tidak hanya sekali.

(nat)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER