Beri Pegawai Edukasi Antirasis, Starbucks Tutup 8 Ribu Gerai

Agustiyanti | CNN Indonesia
Rabu, 30 Mei 2018 02:24 WIB
Starbucks menutup sebanyak 8 ribu gerainya di Amerika Serikat pada Selasa (29/5) guna memberikan edukasi antirasis kepada 175 ribu pegawainya.
Starbucks menutup sebanyak 8 ribu gerainya di Amerika Serikat pada Selasa (29/5) guna memberikan edukasi antirasis kepada 175 ribu pegawainya. (REUTERS/Carlo Allegri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Starbucks menutup sebanyak 8 ribu gerainya di Amerika Serikat pada Selasa (29/5) guna memberikan edukasi antirasis kepada 175 ribu pegawainya.

Edukasi diberikan menyusul insiden penangkapan dua orang berkulit hitam di kedai Strabucks Philadelphia pada April lalu. Penangkapan dilakukan setelah manajer Starbucks menghubungi polisi karena melihat kedua orang tersebut hanya duduk tanpa memesan.

Kejadian tersebut memicu kecaman dari berbagai pihak. CEO Starbucks Kevin Johnson pun dengan cepat meminta maaf dan berjanji untuk memastikan tindakan tersebut tak bakal terulang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari CNN.com, Starbucks membuat kebijakan pengunjung bebas duduk dan menggunakan toilet di kedainya tanpa harus memesan. Mereka juga memberikan A antirasis kepada para pegawainya.

Pelatihan kepada 175 ribu dilakukan dengan menutup 8 ribu gerai Starbucks di seluruh Amerika Serikat pada Selasa (29/5) pukul 2 siang waktu setempat.

Dalam pelatihan tersebiu, pegawai di setiap lokasi dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk belajar bersama.

Direktur Eksekutif Starbucks Howard Schultz menjelaskan bahwa para peserta pelatihan akan diajak berbicara tentang pengalaman mereka sendiri dan menonton film terkait rasialisme.


Pada sesi Selasa (29/5), peserta akan fokus pada pemahaman terkait rasialisme dan sejarah diskriminasi ras di ruang-ruang publik Amerika Serikat.

Sementara itu, dikutip dari Reuters, Analis Wall Street memperkirakan kerugian Starbucks mencapai sekitar US$5 juta hingga US$7 juta akibat penutupan sementara 8 ribu gerainya tersebut.

Kendati demikian, Analis tersebut menilai Starbucks sulit menutup kerugian akibat publisitas yang buruk di tengah bersaing ketat di industri kopi akibat maraknya akuisisi dan merger yang dilakukan para pesaingnya. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER