Jakarta, CNN Indonesia --
Kamboja memiliki sekolah persahabatan dengan
Indonesia yang didirikan sejak 1995. Saat ini kondisi sekolah cukup memprihatinkan dan membutuhkan beberapa perbaikan. Sejak mulai dibuka pada 1997, sekolah tersebut telah menghasilkan ribuan lulusan separuh di antaranya perempuan. Kondisi sekolah tersebut terpantau saat Duta Besar RI untuk Kerajaan Kamboja dan sejumlah jajaran KBRI mengunjungi sekolah tersebut, Selasa (4/7) lalu.
'Tujuan kami datang ke Sekolah Persahabatan Indonesia-Kamboja ini adalah untuk menunjukkan rasa persaudaraan, kekeluargaan dan perhatian kami kepada sekolah ini. Karena kami yakin bahwa kalianlah yang akan menjaga dan melanjutkan hubungan baik dan persahabatan Indonesia dengan Kamboja' kata Dubes RI untuk Kerajaan Kamboja, Sudirman Haseng di depan murid-murid Sekolah Persahabatan Indonesia-Kamboja yang berlokasi di Provinsi Prey Veng.
'Saya ingin kalian berjanji untuk tidak berhenti sekolah dan belajar yang rajin demi cita-cita di masa depan, sebab kalian lah pengganti para pemimpin-pemimpin di Kamboja 40-45 tahun mendatang," kata Dubes RI dalam rilis yang diterima
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedatangan Dubes RI yang didampingi beberapa staf termasuk Atase Pertahanan dan beberapa pengusaha yang merupakan distributor produk Indonesia di Kamboja disambut dengan sangat meriah oleh murid-murid Sekolah Persahabatan.
Meskipun cuaca terik, mereka berbaris rapi mengibarkan Merah Putih mengiringi kedatangan dan kepulangan rombongan. Sekolah Persahabatan tersebut berjarak sekitar 100 Km dari Ibu Kota Phnom Penh atau sekitar 2 jam dengan menggunakan jalur darat. Hadir juga dalam pertemuan, Kepala Kecamatan dan wakil dari Dinas Pendidikan Setempat.
 Foto: Dok. KBRI Phnom Penh Dubes RI untuk Kamboja, Sudirman Haseng di tengah para siswa Sekolah Persahabatan RI-Kamboja. |
Dengan segala keterbatasannya, sekolah dengan tanpa sepatu, para murid tetap terlihat semangat dengan teriakan lantang tanpa sungkan merespons setiap pertanyaan yang terkadang dilontarkan Dubes RI dalam Sambutannya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Kepala Sekolah SMP Persahabatan Indonesia-Kamboja, Eng Ban menjelaskan sejarah singkat mengenai berdirinya Sekolah Persahabatan Indonesia-Kamboja. 'Kami sangat senang dan bangga bisa dikunjungi oleh Pak Dubes dan jajaran stafnya, Sekolah ini didirikan pada 1995 oleh bantuan Indonesia," kata Eng Ban.
Dia menambahkan sekolah selesai pada 1996. Sejak 1997-2018 sudah menghasilkan 4.303 lulusan. Sebanyak 2.068 di antaranya siswa perempuan.
"Kami sangat berterima kasih atas bantuan dan perhatian yang diberikan kepada kami, dan berharap ke depannya kami dapat diberikan bantuan untuk renovasi atap bangunan lama, pembangunan toilet untuk di SD dan SMP," kata Eng Ban menjelaskan kondisi sekolahnya yang di beberapa bagiannya memang cukup memprihatinkan.
Sekolah itu memiliki jenjang pendidikan dari kelas 1 hingga kelas 9, dengan total 756 murid dan 17 guru. Murid SD sebanyak 486 siswa/siswi dengan 9 guru, sementara murid SMP sebanyak 270 siswa/siswi dengan 8 guru.
Pihak Sekolah mengharapkan agar Pemerintah Indonesia terus memberikan dukungan bagi kerja sama pendidikan kedua negara, termasuk kepada Sekolah Persahabatan di Prey Veng, seperti pemberian bantuan guru pengajar.
Disamping kebutuhan peralatan belajar mengajar dan guru, Pihak Sekolah Persahabatan juga sangat terbuka dan berharap adanya tenaga-tenaga relawan yang bersedia mengajarkan ketrampilan pertanian, kesenian, pelatihan olah raga, dan lain-lain untuk mengisi kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam kunjungan tersebut, KBRI mengorganisir pendistribusian bantuan kepada sekolah Persahabatan Indonesia-Kamboja. Berupa dua unit komputer beserta printernya. Lalu laptop dilengkapi DVD Drive dan speaker-nya.
Selain itu juga 192 botol vitamin, 500 botol minyak Telon Lang Plus, masing-masing seribu buah alat tulis buku dan pensil, 50 set keranjang. Ada pula beragam makanan dan minuman seperti 552 bungkus Kopiko Coffee, lebih dari 4.000 bungkus Indomie goreng), biskuit Milna, serta makanan ringan lainnya yang mencapai 560 kardus, serta 552 botol saus tomat ABC.
Selain itu KBRI juga menyerahkan donasi sebesar US$500 (Rp7 juta) yang akan digunakan untuk perbaikan di beberapa bagian sekolah.
Dukungan dan bantuan tersebut merupakan donasi dari Atase Pertahanan dan pejabat/staf KBRI. Bantuan sebagian besar juga berasal dari beberapa anggota Indonesia-Cambodia Business Club (ICBC) yang merupakan kumpulan para pengusaha dan distributor produk Indonesia di Kamboja. Antara lain IGS Company;Salak K.A.K Trading co.,ltd, Cyspharma Co., Ltd. Kabbas Co., Ltd.; Memot Venture Co., Ltd., Intermedica Co., Ltd. Kalbe; GOXpress Company, UMG, dan Dynamic Pharma Co., Ltd.
Dalam perkembangannya beberapa bantuan yang pernah diberikan Indonesia untuk Sekolah ini selain peralatan menulis dan perlengkapan sekolah antara lain: perbaikan Sekolah terutama pada bagian atap, pintu dan jendela (2017).
Ada pula kegiatan Kepramukaan Bakti Desa Siswa Binaan Pusbudi Nusantara dan Mahasiswa Indonesia yang sedang studi di National Polytechnic Institute of Cambodia (NPIC) (2013). Juga pengobatan gratis kepada 200 penduduk wilayah setempat pada 2012, saat itu bekerja sama dengan salah satu organisasi pelayanan kesehatan gratis dari Australia.
(nat)