Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Theresa May menganggap mustahil bagi
Inggris untuk keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan kerja sama dengan kawasan itu, yang kerap disebut 'hard Brexit'.
Pernyataan itu diutarakan May menanggapi surat pemimpin koalisi oposisi dari Partai Buruh, Jeremy Corbyn, yang meminta dirinya tak melibatkan Uni Eropa sebagai prasyarat dalam pembicaraan proposal Brexit antara pemerintah-parlemen.
Hal itu disampaikan May setelah draf proposalnya soal rancangan undang-undang Brexit kalah suara lagi di parlemen pada awal pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
RUU Brexit rancangan May menginginkan Inggris keluar Uni Eropa dengan cara 'halus' atau 'soft Brexit', di mana negaranya tetap menjalin hubungan ekonomi sedekat mungkin dengan blok tersebut.
Sementara itu, parlemen dan mayoritas pendukung Brexit ingin Inggris benar-benar keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa pun.
Akibat kekalahan pemerintah, kesepakatan Brexit kian tidak jelas bahkan di ambang kehancuran. Padahal undang-undang mengenai Inggris keluar dari Uni Eropa harus rampung pada 29 Maret mendatang.
Kekacauan ini membuat oposisi pemerintah mengajukan mosi tidak percaya demi menggulingkan May. May lagi-lagi berhasil lolos setelah mosi tidak percaya kalah suara dalam pemungutan suara pada Rabu (16/1).
Tak lama, May mengajak sejumlah petinggi parlemen dari oposisi untuk bertemu, termasuk Corbyn. Namun, ia "kecewa" karena Corbyn tak menerima tawarannya untuk bertemu dan berdiskusi tentang penyelesaian proposal RUU Brexit.
"Pintu saya tetap terbuka lebar untuk pertemuan dan diskusi tanpa prasyarat apa pun. Saya akan dengan senang hati mendiskusikan proposal RUU Brexit gagasan Corbyn yang memungkinkan kerja sama bea cukai dengan Uni Eropa," kata May seperti dikutip
AFP pada Jumat (18/1) kemarin.
"Tapi, bukan kewenangan pemerintah untuk menetapkan Inggris keluar Uni Eropa tanpa kesepakatan."
Lebih lanjut, May mengatakan berdasarkan aturan Uni Eropa, Inggris akan keluar dari blok itu tanpa kesepakatan pada 29 Maret kecuali parlemen Inggris sepakat melaksanakan 'soft Brexit' atau pemerintah membatalkan pengajuan penarikan diri dan memilih tetap menjadi anggota secara permanen.
"Jadi ada dua cara menghindari Brexit tanpa kesepakatan, yakni mendukung Brexit dengan kesepakatan (bersama Uni Eropa) terutama melalui sebuah perjanjian penarikan diri khusus yang telah disepakati Uni Eropa, atau mencabut permintaan penarikan diri dan membatalkan hasil referendum," papar May.
"Saya percaya membatalkan hasil referendum merupakan (keputusan) yang salah."
(rds/mik)