Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian
Sri Lanka menemukan sedikitnya 87 bom dengan detonator di Stasiun Bastian Mawatha, Kolombo, pada Senin (22/4) sore.
Melalui sebuah pernyataan, kepolisian melaporkan sebanyak 12 alat peledak ditemukan berserakan di tanah, sementara 75 lainnya dibuang di tempat pembuangan sampah di dekatnya.
Penemuan itu terjadi sehari setelah serangan bom menerjang delapan lokasi terpisah di Kolombo dan dua kota lainnya.
Kantor Kepresidenan Sri Lanka menyatakan pemerintah berencana mendeklarasikan status darurat nasional mulai Senin tengah malam nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui pernyataan yang dikutip
AFP, kantor kepresidenan menyebutkan status tersebut diputuskan sebagai upaya "mengizinkan kepolisian dan militer" menjamin keamanan publik.
Hingga kini, sebanyak 290 orang tewas dan 500 lainnya luka-luka akibat serangkaian teror bom tersebut. Namun, Kedutaan Besar RI di Kolombo memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban tewas maupun luka dalam peristiwa tersebut.
Delapan bom meledak pada lokasi berbeda di Ibu Kota Kolombo, Negombo, dan Baticaloa. Lokasi-lokasi itu termasuk tiga gereja dan empat hotel.
Serangan paling mematikan dikabarkan terjadi di Gereja St Sebastian di Negombo. Sejumlah gambar yang tersebar di media sosial menunjukkan selain berserakan puing-puing bangunan, lantai gereja juga berlumuran darah.
[Gambas:Video CNN]Sejauh ini, kepolisian Sri Lanka telah menahan 24 orang diduga terlibat serangan bom beruntun kemarin. Puluhan tersangka itu disebut berasal dari kelompok radikal yang sama.
Meski belum ada kelompok yang mengklaim, pemerintah Sri Lanka meyakini serangan paling mematikan selama satu dekade terakhir itu dilakukan oleh kelompok ekstremis Islam lokal, Jamaah Tauhid Nasional (NTJ).
(rds/has)