Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan pengunjuk rasa di
Hong Kong terlibat bentrokan dengan polisi, saat pengunjuk rasa bertopeng menyerbu parlemen Hong Kong, Senin (1/7) malam. Unjuk rasa terjadi menandai peringatan ketika wilayah tersebut diserahkan ke China.
Para pengunjuk rasa menggeledah bangunan dan memulas dinding dengan grafiti ketika polisi memperingatkan mereka. Polisi telah berulang kali menyampaikan ultimatum agar demonstran menghentikan unjuk rasa.
Aksi berlanjut hingga malam usai puluhan ribu aktivis demokrasi menggelar pawai damai sejak Senin sore. Massa menyerukan pemimpin kota pro-Beijing untuk mundur dan membalikkan apa yang mereka lihat sebagai kemunduran demokrasi dan kebebasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada pengunjuk rasa yang kejam, hanya tirani," sebuah spanduk yang dibentangkan pengunjuk rasa, dilansir
AFP.
Begitu masuk, mereka merobek potret para pemimpin kota, mengibarkan bendera era kolonial Inggris di ruang utama dan menyemprot lambang kota dengan cat hitam.
"Hong Kong bukan Cina," teriak massa.
Tindakan berani mereka disambut dengan peringatan dari polisi Hong Kong yang mengatakan bahwa mereka siap untuk mengusir para pengunjuk rasa dan akan menggunakan "kekuatan yang sesuai" jika massa terus bertindak anarkis.
Seorang pemrotes yang bermarga Cheung (24), menambahkan: "Kami tahu ini melanggar hukum, tetapi kami tidak punya pilihan".
Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, berjanji tidak akan mengabaikan gelombang aksi demonstrasi yang terjadi belakangan ini. Menurut dia situasi itu memperlihatkan dia harus benar-benar mendengarkan aspirasi kaum muda dan segenap warga.
"Hal ini membuat saya menyadari sepenuhnya, sebagai politikus, harus terus mengingatkan diri sepanjang waktu akan pentingnya memahami keinginan masyarakat," kata Lam dalam pidato peringatan 22 tahun penyerahan Hong Kong kepada China, seperti dilansir
Associated Press, Senin (1/7).
[Gambas:Video CNN] (ain/ain)