Jakarta, CNN Indonesia -- Serangaan kelompok bersenjata di
Mali kembali menewaskan 23 orang orang di sebuah desa penggembala Fulani, Mali Tengah. Sementara itu, juga dilaporkan 300 orang lainnya hilang akibat peristiwa penyerangan yang terjadi sejak Minggu (30/6).
"Karena mereka tidak menemukan siapa pun (di Bidi), mereka membakar desa dan menyerang ternak," kata Wali Kota Ouenkoro, Harouna Sankare dilansir
Reuters, Selasa (2/7).
Wali kota mengatakan, dalam peristiwa itu dua komunitas di Fulani menjadi sasaran dari penyerangan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Presiden Ibrahim Boubacar Keita telah berjanji untuk melucuti senjata milisi tetapi telah berjuang untuk melakukannya.
Kekerasan kelompok bersenjata meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Pada Maret, kelompok yang kerap mengatasnamakan agama tersebut melakukan sebanyak 150 orang. Sementara, di Juni lalu serangan juga terjadi di Fulani dan mengakibatkan 40 orang tewas.
Ketidakstabilan politik dan ekonomi mendorong kehadiran kelompok yang mengatasnamakan agama dan menjadikan Mali utara dan tengah sebagai tempat peluncuran untuk melancarkan serangan.
Di tempat lain di Mali tengah, 12 warga sipil termasuk seorang bayi tewas pada hari Minggu ketika kendaraan yang mereka tumpangi melindas ranjau darat.
Wali Kota setempat, Issiaka Ganame mengatakan tidak ada penumpang yang selamat dalam peristiwa itu. Otoritas belum dapat memastikan siapa yang meletakkan ranjau, tetapi kelompok-kelompok ekstremis diketahui mengerahkan persenjataan semacam ini di wilayah tersebut.
(ain/ain)