Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Taiwan, Tsai Ing-wen, menganggap
China memanfaatkan turis sebagai "alat politik" untuk menekan pemerintahnya.
Hal itu disampaikan Tsai menanggapi kebijakan China yang melarang warganya untuk berpergian ke Taiwan. Ia menganggap China telah melakukan "kesalahan strategis yang besar" dengan menerapkan kebijakan itu.
"Menggunakan turis-turis sebagai alat politik hanya akan memicu rasa antipati di kalangan masyarakat Taiwan. Sektor pariwisata seharusnya tidak boleh dipolitisasi," kata Tsai kepada wartawan di Istana Kepresidenan di Taipei, Kamis (1/8).
Tsai mengatakan larangan tersebut merupakan cara lama China untuk memanipulasi politik sebelum pemilihan umum di Taiwan pada Januari 2020 mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan itu diutarakan Tsai menanggapi keputusan Beijing yang akan berhenti mengeluarkan izin perjalanan individual bagi warganya yang hendak berpelesir ke Taiwan mulai 1 Agustus mendatang.
Kementerian Pariwisata China menyatakan mereka merilis larangan perjalanan itu karena "relasi China dan Taiwan saat ini" tanpa menjelaskan lebih detail.
Selama ini, warga Negeri Tirai Bambu memang membutuhkan izin untuk melakukan perjalan mandiri ke Taiwan, wilayah yang dianggap pemerintahan Presiden Xi Jinping sebagai pembangkang lantaran ingin memerdekakan diri dari China.
Hanya para turis dari 47 kota seperti Beijing, Shanghai, dan Xiamen yang diizinkan mengunjungi Taiwan secara mandiri, bukan dengan rombongan tur.
Namun, China tak menjabarkan lebih lanjut larangan ini memungkinkan warga untuk berkunjung ke Taiwan dengan kelompok tur atau tidak.
Larangan ini dikeluarkan di saat jumlah warga China yang mengunjungi Taiwan melonjak. Pada semester pertama 2019, jumlah turis China ke Taiwan mencapai 1,67 juta. Dikutip
Reuters, angka itu naik 28 persen dari tahun sebelumnya.
Kebijakan ini diterapkan ketika hubungan China dan Taiwan kembali memanas. Militer China berencana menggelar latihan di dekat Selat Taiwan pekan ini setelah mengancam akan menyerbu Taipei jika pemerintah wilayah itu kembali menyerukan pemisahan diri.
"Ancaman militer China telah menargetkan seluruh masyarakat Taiwan dan mempengaruhi perdamaian, stabilitas, dan keamanan di kawasan," papar Tsai.
(rds/has)