Jakarta, CNN Indonesia -- Kawasan hutan di wilayah Irkutsk, Siberia,
Rusia, dilaporkan mengalami
kebakaran. Namun, menurut aparat setempat peristiwa itu disengaja oleh para pembalak liar yang hendak menutupi kegiatan ilegal mereka.
"Kami telah menemukan sejumlah kasus seperti di wilayah Irkutsk di mana tampaknya kebakaran ini untuk menutupi penebangan liar," ujar juru bicara Jaksa Penuntut, Alexander Kurennoy, seperti dilansir
Reuters, Rabu (7/8).
Presiden Vladimir Putin pekan lalu sempat mengerahkan tentara untuk membantu petugas pemadam kebakaran mengatasi kobaran api yang berkecamuk di kawasan hutan Siberia. Kebakaran itu kini telah menyebar ke kawasan yang lebih luas dari Belgia.
Akibat insiden ini, ratusan desa dan kota diselimuti asap hitam. Putin sebelumnya juga mengatakan bahwa masalah yang ditimbulkan perubahan iklim sangat jelas, di mana suhu udara Rusia menjadi dua setengah kali lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata di seluruh planet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lihat apa yang sedang terjadi sekarang di wilayah Irkutsk. Ada kebakaran besar terjadi di sana, ribuan, ratusan ribu hektar terbakar ... dan ada juga banjir yang mengerikan," kata Putin.
Kementerian Darurat Rusia mengatakan pada Senin (5/8) lalu bahwa kebakaran yang sempat mendesak Rusia untuk menetapkan status darurat nasional berhasil diminimalisir seperempatnya. Pihaknya juga mengatakan kobaran api telah menyebar hingga ke dekat jalanan.
Sementara, Badan Kehutanan Federal menginformasikan ada sekitar 2.5 hektare wilayah yang terkena dampak insiden tersebut. Namun, organisasi lingkungan global Greenpeace melaporkan kebakaran yang melanda Siberia belum juga mereda.
Lembaga pecinta lingkungan Greenpeace menginformasikan sekitar 4.3 juta hektar lahan di Siberia telah dilahap oleh si jago merah. Mereka menyatakan kebakaran hutan kali ini belum pernah terjadi sebelumnya karena besar dan kuatnya kobaran api tersebut.
"Kebakaran ini seharusnya dipadamkan sejak awal, tapi diabaikan akibat lemahnya kebijakan pemerintah. Sekarang kobaran api tersebut telah berubah menjadi bencana iklim yang tidak dapat dihentikan menggunakan alat-alat (buatan) manusia," ujar seorang aktivis Greenpeace, Anton Beneslavsky.
Sementara itu, Kurennoy menuduh pihak berwenang memiliki statistik yang keliru terkait ukuran kebakaran sehingga mengakibatkan lambatnya penanggulangan kebakaran yang terjadi.
[Gambas:Video CNN]Kebakaran di Siberia ini juga dilaporkan telah melepaskan gas karbon dioksida ke udara dalam jumlah besar, setara dengan yang dikeluarkan 36 juta mobil dalam setahun.
(ajw/ayp)