Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Venezuela Nicolas Maduro membatalkan perundingan dengan oposisi politiknya, Juan Guaido yang sempat dijadwalkan sebelumnya. Melalui sebuah pernyataan, Maduro memutuskan untuk tidak mengirimkan delegasi Venezuela dalam perundingan dengan perwakilan dari Guaido pada Kamis (8/8) dan Jumat (9/8) mendatang di Barbados.
Maduro pun menyalahkan Washington atas gagalnya perundingan itu, mengingat Amerika Serikat baru saja menjatuhkan sanksi pada rezim Maduro dan para pendukungnya.
Dilansir
AFP, Presiden AS Donald Trump pada Senin (7/8) kemarin telah memerintahkan pembekuan seluruh aset pemerintah Venezuela yang ada dan masuk yurisdiksi Negeri Paman Sam.
Maduro pun mengaitkan pembatalan negosiasi tersebut sebagai "agresi kejam dan brutal yang terus menerus dilakukan pemerintahan Trump terhadap Venezuela, termasuk memblokir kegiatan ekonomi, perdagangan dan finansial kami."
[Gambas:Video CNN]
Pembekuan aset ini merupakan langkah terbaru AS guna menekan rezim Maduro agar mengakhiri kekuasaannya dan menyerahkan kursi presiden kepada Juan Guaido, pemimpin oposisi Venezuela.
Venezuela dilanda krisis dan terperosok dalam kebuntuan politik sejak Januari lalu ketika Guaido yang merupakan pembicara Majelis Nasional, mengklaim dirinya sebagai presiden interim Venezuela dengan lebih dari 50 negara telah mengakuinya, termasuk AS.
Dalam perundingan sebelumnya, Guaido menyerukan dilakukan pemilu ulang, namun Maduro menolak meninggalkan kursi pemerintahan dan menyerukan adanya "kohabitasi demokrasi."
Sementara itu, seruan AS yang akan menggunakan segala cara untuk menggulingkan Maduro dan peringatan terhadap Rusia dan China sebagai sekutu Venezuela untuk berhenti melakukan kerjasama dengan rezim Maduro, mengundang berbagai reaksi dari rakyat.
Setidaknya ribuan rakyat pendukung Maduro berunjuk rasa di ibukota Venezuela, Caracas sambil menggunakan pakaian serba merah dan mengibarkan bendera Venezuela. Mereka menuntut agar sanksi AS kepada Venezuela segera dihapuskan.
Pengunjuk rasa yang kebanyakan milisi sipil dan PNS menyerukan, "Amerika pulanglah!," "Lepaskan Venezuela!"
"Kami sedang berjuang melawan peperangan ini yang membuat hidup menjadi sulit," ujar Elena Flores, seorang pegawai pemerintahan yang ikut berdemo.
"Trump merasa takut, dia khawatir, dia haus akan kekuasaan, dia ingin menaklukkan Venezuela," katanya kepada
AFP.
Di sisi lain, China menanggapi sanksi itu dengan mengatakan agar AS berhenti "menggertak" negara lain.
Sementara, dalam suatu pertemuan kecil, Guaido bersikeras bahwa sanksi AS ini hanya akan berdampak pada pejabat di rezim pemerintah bukan populasi rakyat.
"Mereka menentang rezim, melawan Maduro, produk dari kecongkakan," kata Maduro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(ajw/dea)