Jakarta, CNN Indonesia -- Kualitas udara di negara bagian Serawak,
Malaysia, mencapai tingkat bahaya karena
kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan berkepanjangan di kawasan.
Hal ini dipastikan setelah Indeks Polutan Udara (API) di kawasan itu dilaporkan mencapai angka 367 pada Selasa (17/9) pukul 12.00 waktu setempat.
Berdasarkan indikator API, tingkat polusi 0-50 mengindikasikan kualitas udara bagus, 51-100 sedang, 101-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat, dan 300 ke atas berarti berbahaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat situasi ini, pemerintah terpaksa menutup nyaris 300 sekolah di berbagai pelosok di Malaysia, termasuk negara bagian Port Dickson dan Negeri Sembilan.
Kepala Komite Tindakan bidang Investasi, Industri, Kewirausahaan, Edukasi, dan Sumber Daya Manusia Malaysia, Mohamad Rafie Ab Malek, mengatakan bahwa di Port Dickson sendiri, 63 sekolah ditutup.
"Namun, guru tetap harus datang ke sekolah, tapi dengan mengenakan masker untuk melindungi diri dari kabut asap," ucap Mohamad sebagaimana dikutip
Channel NewsAsia.
Sementara itu, 145 sekolah di Sepang, Hulu Langat, Kuala Langar, Klang, dan Petaling Perdana juga ditutup karena kabut asap.
Rangkaian penutupan ini berdampak pada 23 sekolah di Sepang, 36 di Hulu Langkat, 21 di Kuala Langat, 27 di Klang, dan 38 di Petaling Perdana.
"Dengan penutupan ini, 187.928 siswa terkena dampak dan kami akan terus menginformasikan perubahan atau perkembangan dari waktu ke waktu," demikian pernyataan Departemen Pendidikan Selangor seperti dikutip kantor berita
Bernama.
Malaysia menuding asap dari Indonesia menyebabkan kualitas udara di Negeri Jiran buruk, sementara Jakarta menganggap kabut yang masuk wilayah Kuala Lumpur berasal dari kebakaran di Semenanjung Malaya dan Serawak.
Namun kemudian, Badan Pusat Meteorologi Khusus ASEAN (ASMC) menyatakan bahwa kabut asap yang mencemari wilayah udara Malaysia dan sejumlah negara tetangga lainnya berasal dari kebakaran hutan di Indonesia.
[Gambas:Video CNN]Tak lama setelah itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya, menyebut ada empat perusahaan asing yang terlibat dalam pembakaran hutan dan lahan di Kalimantan, beberapa di antaranya asal Malaysia dan Singapura.
Menteri Energi, Teknologi, Lingkungan Hidup, dan Perubahan Iklim Malaysia, Yeo Bee Yin, menyatakan bahwa negaranya menyerahkan proses hukum perusahaan-perusahaan tersebut kepada Indonesia.
"Kami menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia untuk menyelidiki empat perusahaan itu. Kami yakin pemerintah Indonesia akan mengambil tindakan yang diperlukan terkait penyelidikan dan membuktikannya," ucap Yeo sebagaimana dilansir Asia One.
(has)