Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelang akhir masa jabatannya, Presiden
Donald Trump terus membuat riuh politik
Amerika Serikat. Kini dia terbelit 'Skandal Ukraina', yang diduga sebagai bentuk penyalahgunaan wewenang.
Seperti dilansir
The Guardian, Rabu (25/9), skandal ini mulai terungkap sejak laporan seorang agen intelijen pada Agustus lalu kepada Direktur Badan Pusat Antiterorisme Nasional, Joseph Maguire. Dia mempermasalahkan isi percakapan antara Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy.
Isi laporan itu menyatakan Trump delapan kali mengontak Zelenskiy, dan memintanya untuk membuka penyelidikan dugaan korupsi terhadap Hunter Biden, anak bakal calon presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden. Hunter adalah salah satu komisaris di perusahaan energi Ukraina, Burisma.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada akhir pekan lalu, Trump mengakui dia membicarakan hal itu dengan Zelenskiy.
"Percakapan yang kami lakukan sebagian besar terkait persoalan korupsi dan di mana hal itu terjadi. Kami tidak ingin warga kami, seperti Biden dan anaknya terkait dengan korupsi di Ukraina," kata Trump.
Sampai saat ini belum ditemukan bukti Joe dan Hunter terlibat korupsi di Burisma. Tiga tahun lalu Kejaksaan Agung Ukraina memang mengusut dugaan korupsi di perusahaan itu.
Meski demikian, saat itu AS dan sejumlah negara Barat mendesak Ukraina untuk mengganti jaksa yang mengusut kasus itu. Saat itu Biden masih menjabat sebagai wakil presiden.
Trump menduga Biden terlibat dalam penggantian jaksa itu. Namun, hal ini membuat motif Trump bersifat politis, sebab Joe diperkirakan menjadi lawan kuat bagi dia dalam pilpres AS pada 2020.
Seharusnya, Maguire melaporkan aduan kepada komisi intelijen Dewan Perwakilan AS paling lama enam hari sejak dia menerimanya. Namun, dia tidak melakukannya dan entah bagaimana caranya laporan itu tetap sampai ke tangan legislatif.
Sebulan setelah menelepon Zelenskiy, Trump menghentikan bantuan militer bagi Ukraina sebesar US$250 juta (sekitar Rp3,5 triliun). Namun, bantuan itu saat ini sudah cair.
[Gambas:Video CNN]Kini Trump justru mempersoalkan tentang sang pengadu. Dia juga curiga dengan motif sang pengadu membuat laporan itu.
"Siapa pengadu ini yang belum tentu dia tahu fakta sebenarnya? Apakah dia berada di pihak kita? Dia itu berasal dari mana?," ujar Trump.
(ayp/ayp)