Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi protes di seluruh
Irak menewaskan sembilan orang dalam 24 jam, Rabu (2/10). Ribuan demonstran berhadapan dengan tembakan dan gas air mata dalam aksi unjuk rasa tersebut.
Sejak aksi protes pecah di Baghdad pada Selasa (1/10), demonstrasi telah menyebar ke kota-kota lain di selatan Irak. Mereka memprotes korupsi, kegagalan memenuhi layanan publik serta pengangguran.
Pada Rabu, lima pemrotes dan seorang petugas polisi tertembak mati di selatan kota Nasiriyah. Hal itu disampaikan seorang pejabat kesehatan provinsi setempat kepada
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelimanya menambah jumlah korban tewas dalam demonstrasi itu menjadi sembilan orang, termasuk satu pemrotes yang tewas di Nasiriyah pada Selasa dan dua lainnya dalam demonstrasi berujung kekerasan di Baghdad.
Di ibu kota, polisi antihuru-hara berusaha membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata dan melepaskan peluru ke udara.
Para pemrotes berkumpul kembali dan berusaha menembus Alun-alun Tahrir yang ikonis di ibukota pada hari kedua, tetapi polisi menutup daerah itu.
Kemudian, kendaraan militer dan pasukan keamanan juga dikerahkan di sekitar Zona Hijau, yang menampung gedung-gedung pemerintah dan kedutaan besar.
Akses ke daerah itu sepenuhnya dijaga "sampai pemberitahuan lebih lanjut," kata sebuah sumber pemerintah kepada
AFP.
Zona Hijau tidak dapat diakses oleh sebagian besar warga Irak sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003, tetapi telah dibuka kembali untuk umum pada Juni.
Titik ini sering menjadi fokus kemarahan publik, termasuk pada 2016 ketika para pendukung ulama Moqtada Sadr menyerbunya dan melumpuhkan lembaga-lembaga negara. Pada Rabu malam, Sadr menyerukan "protes damai dan pemogokan umum" setelah menyerukan penyelidikan atas kekerasan.
Menuntut Lapangan Kerja Di lingkungan selatan Zaafaraniya, pengunjuk rasa membakar ban di jalanan yang dipenuhi kendaraan polisi.
"Kami menginginkan pekerjaan dan layanan publik yang lebih baik. Kami telah menuntutnya selama bertahun-tahun dan pemerintah tidak pernah menanggapi," kata Abdallah Walid, pria 27 tahun.
Wartawan yang meliput protes di Baghdad mengatakan pasukan keamanan telah menyerang mereka dan menahan salah satu rekan mereka.
"Tidak ada negara yang akan menyerang rakyatnya sendiri seperti ini. Kami bersikap damai, tetapi mereka melepaskan tembakan," kata pengangguran terdidik Mohammad Jubury di dekat distrik Al-Shaab.
Sekitar 60 orang terluka di seluruh Baghdad pada Rabu, termasuk sembilan dari luka tembak dan sisanya terpapar gas air mata.
Selain di Baghdad dan Nasiriyah, massa juga berkumpul di kota suci Najaf dan titik awal kota Basra, yang diguncang protes tahun lalu.
Setelah protes di Baghdad dibubarkan pada Selasa, tembakan keras dapat terdengar hingga malam hari, termasuk di distrik Kota Sadr, tempat pemakaman bagi pemrotes yang terbunuh di ibu kota.
Demonstran lain tewas setelah terkena tembakan di ibu kota Rabu. Tidak jelas apakah peluru ditembakkan langsung pada pengunjuk rasa atau ke udara.
Pertumpahan darah pada Selasa lalu menuai kecaman dari Presiden Barham Saleh, yang mendesak "menahan diri dan menghormati hukum".
"Protes damai adalah hak konstitusional yang diberikan kepada warga," katanya.
[Gambas:Video CNN] (afp/pmg)