Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin
Hong Kong Carrie Lam memutuskan keluar dari ruang rapat dewan parlemen setelah sejumlah legislator pro-
demokrasi menginterupsi pidato kebijakan dan mendesaknya untuk mundur pada Rabu (16/10).
Ketika Lam baru memulai pidato di depan anggota dewan parlemen kota, sejumlah legislator pro-demokrasi berteriak sambil menyanyikan yel-yel demonstrasi yang telah berjalan selama empat bulan terakhir.
Para anggota parlemen itu juga mengenakan topeng Presiden China Xi Jinping sambil melambaikan tangan-tangan mereka yang dicat merah darah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lam lantas meninggalkan ruang rapat dengan harapan situasi akan menjadi tenang dan ia bisa kembali menyampaikan pidato. Namun, ketika Lam masuk ke dalam ruang rapat untuk kedua kalinya dan berdiri di depan mimbar, para legislator pro-demokrasi itu sekali lagi menginterupsi pidatonya.
Salah satu legislator bahkan melemparkan plakat ke arah Lam ketika dirinya hendak meninggalkan ruang rapat.
Dalam ruang rapat, seorang anggota parlemen pro-demokrasi, Claudia Mo, menentang pidato Lam tersebut dengan menuturkan bahwa pernyataan pemimpin Hong Kong itu "palsu dan memalukan". "Dia hanya seorang boneka yang dipermainkan Beijing," kata Mo.
Selain Mao, seorang legislator lainnya, Tanya Chan, turut memutar rekaman yang memperdengarkan suara polisi yang tengah menembakkan gas air mata ke arah pedemo.
[Gambas:Video CNN]"Suara-suara ini adalah teriakan orang-orang dan mereka hanya warga Hong Kong biasa. Kami mohon, Ibu Lam, jangan siksa kami lagi," kata Chan.
Chan bersama sekelompok legislator pro-demokrasi lainnya di ruang rapat turut mendesak Lam mundur. "Itu adalah satu-satunya cara agar kita bisa memiliki masa depan cerah," kata Chan.
Dikutip
AP, Lam akhirnya memutuskan menyampaikan pidato melalui rekaman video selama lebih dari satu jam. Dalam video pidatonya itu turut terpampang gambar bendera Hong Kong dan China yang berdiri berdampingan.
Dalam pidato, Lam menggambarkan Hong Kong tengah didera "krisis besar".
"Orang-orang kemudian bertanya apakah Hong Kong akan kembali normal?" kata Lam.
"Kepada seluruh warga Hong Kong saya meminta Anda semua menghargai kota. Kekerasan dan penyebaran kebencian yang terus-menerus akan mengikis nilai-nilai inti Hong Kong," ujarnya menambahkan.
Lam turut menjelaskan rencana detail Hong Kong untuk menurunkan harga properti dan tempat tinggal yang tinggi. Isu itu diklaim pemerintah selama ini sebagai salah satu penyebab kegelisahan masyarakat.
Alih-alih menenangkan publik Hong Kong, pidato Lam itu dinilai sejumlah pihak menunjukkan ketidakpekaan terhadap kekhawatiran para demonstran selama ini terkait kebebasan negara semi-otonomi itu.
(rds/dea)