Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Amerika Serikat, Donald Trump, pada Jumat (6/12) lalu membatalkan rencana untuk memasukkan
kartel narkoba di
Meksiko ke dalam daftar kelompok teroris. Ia mengatakan hal tersebut karena permintaan dari Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador.
Akhir November lalu, Trump sempat menyatakan perang terhadap kartel narkoba setelah kasus penembakan yang menelan korban jiwa sembilan perempuan dan anak-anak dari komunitas Mormon AS-Meksiko, tepatnya di kawasan perbatasan.
Pemerintah Meksiko meminta klarifikasi dan mengatakan mereka ingin mencegat aliran persenjataan serta uang dari Amerika Serikat ke sindikat narkoba di Meksiko.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Abrard, merespon lebih keras dengan mengatakan, "Meksiko tidak akan mengizinkan kegiatan apapun yang dimaksudkan untuk melanggar kedaulatan nasional," seperti yang dilansir dari
AFP, Minggu (8/12).
"Semua pekerjaan yang diperlukan telah selesai untuk mendeklarasikan organisasi teroris Kartel Meksiko," kata Trump melalui akun Twitter miliknya.
Trump menyatakan menunda langkah ini karena menghormati Obrador.
[Gambas:Video CNN]"Kami sementara akan menunda penunjukan ini dan meningkatkan upaya untuk berurusan dengan tegas dengan organisasi jahat yang terus berkembang ini!" cuit Trump.
Kasus pembunuhan terhadap anggota Sekte Mormon mendapat perhatian karena dilakukan kartel narkoba di Meksiko. Obrador mengklaim sudah berjuang untuk meredam aksi kekerasan dari sindikat narkoba.
Korban tewas dalam kasus itu termasuk bayi kembar berumur 8 bulan. Rombongan itu diberondong peluru saat mereka berkendara di jalan terpencil antara negara bagian Sonora dan Chihuahua, tepatnya di utara Meksiko.
Lokasi ini merupakan Wilayah yang menjadi rebutan oleh sejumlah kartel narkoba Meksiko yang bersaing.
(ctr/ayp)