Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah tentara
Amerika Serikat yang terluka akibat serangan rudal
Iran di pangkalan militer Irak terus bertambah menjadi 50 orang.
Hal itu diketahui berdasarkan angka terbaru yang dirilis Kementerian Pertahanan AS atau Pentagon, Selasa (29/1).
Dikutip dari
AFP, Juru Bicara Pentagon Letnan Kolonel Thomas Campbell mengatakan para tentara didiagnosis cedera otak traumatis (TBI).
Menurut Campbell, 31 tentara dirawat di Irak dan telah kembali bertugas sementara 18 lainnya sedang dievaluasi di Jerman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan satu tentara diterbangkan ke Kuwait dan sudah kembali bertugas. Meski demikian, kata dia, jumlah korban masih bisa berubah.
[Gambas:Video CNN]Pasukan AS mengalami luka-luka dalam serangan rudal Iran yang menghantam pangkalan Ain al-Asad dan pangkalan di Erbil pada 8 Januari lalu.
Saat serangan berlangsung, sebagian besar dari total 1.500 tentara AS di pangkalan al-Assad berlindung di dalam bungker. Mereka siaga menyusul sirine peringatan yang berbunyi beberapa waktu sebelumnya.
Iran meluncurkan sejumlah rudal dan roket sebagai balasan atas kematian Mayor Jenderal Qasem Soleiman akibat drone AS. Serangan yang diluncurkan pada 3 Januari itu turut menewaskan salah satu tokoh militer Irak, Abu Mahdi al-Muhandis.
Presiden Donald Trump awalnya mengatakan tidak ada korban dari pihak AS.
Namun berapa hari kemudian, skrining medis menunjukkan bahwa beberapa tentara yang berlindung di dalam bungker selama serangan berlangsung menderita gejala gegar otak.
Trump mengaku baru mengetahui kabar soal kondisi tentara AS beberapa setelah kejadian. Akan tetapi dia menganggap cedera yang dialami pasukan AS tersebut tidak terlalu serius.
(dea)