Jakarta, CNN Indonesia -- Wali Kota
New York, Bill de Blasio, mengklarifikasi soal rumor rencana membuat kuburan massal untuk korban
virus corona (Covid-19) di Taman Kota karena penuhnya kamar mayat.
Dia menyebut rencana tersebut tidak akan dilakukan.
"Tidak akan pernah ada apa pun seperti 'kuburan massal' di New York City," kata de Blasio pada Senin (5/7) sebagaimana dilansir dari
CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebutkan bahwa kondisi terburuk yang dapat dilakukan pemerintah adalah menentukan titik penguburan sementara yang dilakukan secara perorangan.
De Blasio dan pemeriksa medis kota juga berpendapat bahwa kapasitas kamar mayat tidak menjadi masalah untuk saat ini. Dia menyebut kota akan mengeksplorasi, dan kemungkinan akan menggunakan Pulau Hart di Bronx untuk menjadi lokasi penguburan sementara jika dibutuhkan.
"Sehingga keluarga dapat mengambil kembali orang yang mereka cintai ketika krisis berakhir. Tapi kita tidak berada di dekat (kondisi) itu sekarang," ujarnya.
De Blasio menolak memberikan rincian luas tentang kapasitas kamar mayat di New York karena menurutnya hal tersebut tidak layak untuk dibicarakan di depan umum. Namun, dia memastikan bahwa kapasitas penyimpanan mayat di Kota New York masih mencukupi.
"Ini akan sangat sulit, tetapi kami memiliki kapasitas. Kami memiliki kapasitas lebih lanjut, tidak ada rencana untuk memperluas ke taman kota," kata de Blasio.
Sebelumnya, Anggota Dewan Kota New York, Mark Levine, telah menyebabkan kebingungan pada masyarakat setelah mengatakan rencana mengubur korban virus corona (Covid-19) di taman kota, karena penuhnya kamar mayat di Rumah Sakit melalui akun media sosial.
"Akan ada penguburan di NYC Parks," cuit Levine di akun Twitternya, pada Senin (5/7) lalu.
Sementara itu, Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengaku tidak mengetahui rencana yang disebut oleh Levine.
"Aku tidak mendengar apa pun tentang itu. Aku telah mendengar banyak desas-desus liar, tetapi aku belum mendengar apa pun tentang kota yang mengubur orang di taman," ungkap Andrew.
Dia menyebut pihaknya telah menghubungi pemerintah Kota New York dan menyebut bahwa belum terdapat laporan terkait masalah penyimpanan mayat.
Kemudian, Levine yang juga merupakan Ketua Komite Kesehatan Dewan Kota, mengunggah sebuah cuitan yang memaparkan perhatian masyarakat terhadap pernyataannya itu.
Levine mengatakan dia hanya merujuk pada kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam menghadapi dampak Covid-19.
"Tetapi jika angka kematian turun, dan (penyimpanan mayat) cukup, (pemakaman di taman) itu tidak perlu," cuit Levine untuk meluruskan pernyataannya.
Di sisi lain, Juru Bicara Kepala Pemeriksa Medis, Aja Worthy-Davis, menyebut pihaknya telah membeli truk berpendingin tambahan untuk menyimpan mayat.
Pembelian itu disertai oleh bantuan dari Badan Manajemen Darurat Federal yang memberi New York sebanyak 80 truk pendingin. Sebagian besar rumah sakit di kota tersebut akan memiliki satu atau dua truk sebagai kamar mayat opsional.
"Militer dan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS juga telah menyediakan personel dan peralatan substansial," kata Aja.
 (CNN Indonesia/Fajrian) |
Berdasarkan salinan Rencana Lonjakan Fatalitas Insiden Biologis 688 dari Kantor Kepala Pemeriksa Medis kepada
CNN, juga tidak menyebutkan tentang rencana penguburan orang yang meninggal sementara di taman kota.
Aja menjelaskan, Kantor Pemeriksa Medis dapat meminta akses ke pemakaman umum atau pribadi atau membeli ruang sementara apabila pemerintah kota berniat untuk memaksimalkan kapasitas penyimpanan mayat.
"Kebutuhan untuk pemakaman sementara di Pulau Hart juga mungkin muncul," ujar Aja.
Pulau Hart adalah situs pemakaman umum yang menampung lebih dari 1 juta mayat, banyak dari mereka tidak diklaim atau tidak dikenal. Departemen Pemasyarakatan Kota New York yang kerap menangani pemakaman di sana.
(ara/ayp)
[Gambas:Video CNN]