Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 300 ribu orang dilaporkan kembali bekerja di Madrid,
Spanyol pada Senin (13/4) di tengah keputusan pemerintah untuk memberi kelonggaran penguncian wilayah (
lockdown) untuk menekan infeksi
virus corona. Pelonggaran in dilakukan setelah Spanyol mengharuskan warga tinggal di rumah selama dua bulan terakhir.
Juru bicara pemerintah daerah Madrid mengatakan beberapa aturan
lockdown telah dilonggarkan. Pekerja, khususnya di sektor konstruksi dan manufaktur yang selama in dikarantina, kini telah diizinkan kembali bekerja.
Namun sejumlah usaha seperti toko, bar, restoran, dan bisnis lain yang dianggap tidak terlalu memegang peranan penting dalam roda perekonomian negara saat ini masih ditutup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati mulai memberikan kelonggaran, Perdana Menteri Pedro Sanchez sempat mengingatkan masyarakat jika pemerintah akan tetap waspada terhadap potensi pelanggaran. Pencabutan
lockdown akan dilakukan secara bertahap hingga semua aktivitas berjalan normal.
"Kita bahkan tidak tahu normalitas seperti apa yang akan dilakukan nanti.
Lockdown itu sulit, namun membuka melonggarkan hingga membukanya kembali juga akan sulit," ujar Shancez seperti dilansir
CNN.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian |
Keputusan pelonggaran kebijakan ini memicu kekhawatiran di sejumlah tempat. Serikat Buruh Umum Spanyol (GTU) menyampaikan keprihatinan terhadap keselamatan mereka yang mulai kembali bekerja.
Pengusaha diminta bertanggung jawab menyediakan peralatan perlindungan pribadi untuk para karyawan yang sudah mulai kembali bekerja.
Keputusan untuk melonggarkan
lockdown dilakukan di tengah adanya laporkan kasus baru virus corona. Per Senin (13/4), Spanyol tercatat memiliki 166.831 kasus Covid-19 dengan 17.209 kematian.
Spanyol merupakan negara dengan kasus virus corona tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Di Eropa, Spanyol melampaui Italia dengan menjadi negara yang memiliki kasus Covid-19 tertinggi.
Berdasarkan data yang dirilis John Hopkins University, hingga kini Spanyol memiliki 172.541 kasus dengan 18.056 kematian.
(ara/evn)
[Gambas:Video CNN]