Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri
Inggris Boris Johnson berencana memperketat kebijakan pembatasan pergerakan dan
lockdown demi menekan angka penularan
virus corona (Covid-19).
Pengetatan
lockdown itu dilakukan menyusul masukan para ilmuwan terkemuka yang memperingatkan bahwa tingkat penularan virus corona di Inggris terus melonjak dalam beberapa hari terakhir.
"Kami tidak akan melakukan apa pun yang akan memicu risiko gelombang kedua penularan corona. Kami akan melangkah maju dengan sangat hati-hati," kata Johnson dalam rapat kabinet menurut juru bicaranya, James Slack, seperti dilansir
the Straits Times pada Jumat (8/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana pengetatan itu akan diumumkan Johnson pada akhir minggu ini. Johnson berencana mengeluarkan pernyataan resmi kepada masyarakat tentang bagaimana pemerintah akan melonggarkan pembatasan pergerakan.
Namun, sebagian warga Inggris menyangka Johnson akan benar-benar melonggarkan bahkan mencabut aturan
lockdown di Inggris. Pada Kamis (7/5), tajuk utama sejumlah media lokal bahkan memprediksi hal serupa dengan menulis "Happy Monday" hingga "Hurrah! Lockdown Freedom Beckons".
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab membantah pemberitaan media terkait pelonggaran
lockdown. Ia berkeras bahwa pembatasan akan tetap berlaku sampai pemerintah mencabutnya.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian |
"Apa pun yang dilaporkan media bukan lah panduan yang dapat diandalkan untuk menjadi bukti terkait apa yang akan terjadi atau keputusan kebijakan yang akan diambil pemerintah. Perubahan terkecil pada pedoman pemerintah saat ini akan memicu risiko maksimum," kata Raab.
Raab mengatakan setiap langkah dan perubahan kecil yang dibuat pemerintah Inggris terkait kebijakan pembatasan ini akan dilakukan secara bertahap dan dengan sangat hati-hati. Ia menegaskan pemerintah berhak untuk memperketat kebijakan
lockdown jika diperlukan.
Alasan pemerintah Inggris enggan gegabah melonggarkan kebijakan
lockdown terungkap setelah seorang ahli statistik nasional, Ian Diamond, mendukung analisis ilmiah bahwa tingkat infeksi corona terus meningkat di negara tersebut.
Diamond memperkirakan saat ini penularan virus corona baru mencapai 20 ribu kasus per hari, lebih banyak dari kasus Covid-19 yang terkonfirmasi pemerintah. Sejauh ini, pemerintah mendeteksi 4-6 ribu kasus corona baru per hari.
"Saya percaya bahwa menjaga jarak sosial dan mempertahankannya selama beberapa minggu ke depan akan menjadi kunci untuk mengurangi penularan pandemi," kata Diamond dalam jumpa pers bersama Raab di London.
Berdasarkan statistik
Worldometer per Jumat (8/5), Inggris tercatat memiliki 206.715 kasus corona dengan 30.615 kematian.
Statistik tersebut menjadikan Inggris sebagai negara dengan angka kematian corona tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
(rds/dea)
[Gambas:Video CNN]