Virus Corona Muncul di Hong Kong Setelah 23 Hari Tanpa Kasus

CNN Indonesia
Kamis, 14 Mei 2020 13:22 WIB
This picture taken on February 20, 2020 shows a woman (centre R) wearing a mask made out of patterned material in Hong Kong. - Faced with shortages in the midst of a virus outbreak, Hong Kongers have started making their own face masks, from professional factories to seamstresses churning out coverings on sewing machines. (Photo by ISAAC LAWRENCE / AFP)
Hong Kong kembali menkonfirmasi kasus baru setelah 23 hari tanpa penularan virus corona. (Isaac LAWRENCE / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hong Kong kembali mengumumkan penularan virus corona melalui orang tanpa gejala setelah 23 hari tanpa kasus baru.

Pemerintah mengkonfirmasi seorang wanita berusia 66 tahun yang tidak memiliki riwayat perjalanan terinfeksi covid-19. Belum diketahui bagaimana wanita itu tertular.


Cucu perempuan wanita tersebut, yang masih berusia lima tahun, juga dipastikan terinfeksi. Sementara enam anggota keluarga lainnya telah menunjukkan gejala dan berada dalam isolasi di rumah sakit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Cabang Penyakit Menular Departemen Kesehatan, Dr Chuang Shuk-kwan, mengatakan wanita yang tinggal di Tsuen Wan itu pertama kali mengalami demam pada Jumat dan dinyatakan positif empat hari kemudian.

Hong Kong berada di ambang kehidupan normal setelah berbulan-bulan menerapkan jarak sosial.

Munculnya penularan baru membuat pemerintah mengundurkan rencana membuka sekolah dan melonggarkan pembatasan perbatasan dengan China daratan.

Selain itu Hong Kong juga sedang mewaspadai potensi kasus-kasus baru, karena belum ada data pasti mengenai jumlah orang yang melakukan kontak dengan wanita 66 tahun di Tsuen Wan. Saat ini pejabat kesehatan sedang melakukan tes pada semua penduduk di dua blok perumahan yang dikunjungi wanita tersebut.


Selain seorang wanita dan cucunya, terdapat pula satu kasus baru yaitu seorang yang baru pulang dari Pakistan.

"Ini adalah tantangan menangani covid-19, faktanya ada begitu banyak kasus yang tidak menunjukkan gejala," kata Lektor Kepala Universitas Hong Kong, Nicholas Thomas, dikutip dari Straits Times, Kamis (14/5).

Thomas menyatakan 23 hari tanpa kasus bukan berarti tidak ada virus yang bersirkulasi di Hong Kong. Menurutnya hal tersebut akan menjadi masalah bagi negara-negara yang berusaha menyudahi lockdown dan memulai ekonomi kembali.

"Jika tujuannya hanya untuk memberantas virus, maka Hong Kong harus kembali ke mode shutdown," ujar Thomas.

"Tetapi ini soal virus dan di sisi lain ada masalah kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat, untuk alasan ini tidak mungkin mencegah kembalinya kehidupan Hong Kong," sambungnya.


Hong Kong dipuji karena mampu bereaksi cepat terhadap penyebaran covid-19 dengan menjaga tingkat penyebaran tetap kecil meskipun berlokasi dekat dengan daratan China.

Langkah-langkah yang diterapkan Hong Kong sejak Januari, seperti penggunaan masker dan penutupan sekolah serta kantor, diikuti negara-negara lain setelah wabah meluas. (nva/dea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER