Berbagai peristiwa terjadi di berbagai belahan dunia pada Rabu (26/8) kemarin. Mulai dari Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, kembali muncul usai diisukan koma hingga ABK WNI mengaku disiksa di kapal China. CNNIndonesia.com merangkum sejumlah kejadian tersebut dalam kilas internasional.
Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, dilaporkan masih memimpin rapat partai pada Selasa (25/8) membahas langkah-langkah untuk meminimalkan kerusakan akibat terjangan angin topan yang melanda negara itu, setelah diisukan mengalami koma.
Menurut kantor berita Korea Utara, KCNA, Rabu (26/8), Kim meminta anak buahnya untuk berupaya mencegah korban angin topan dan meminimalkan kerusakan tanaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kim Jong-un menginstruksikan semua rakyat untuk "menyadari pentingnya pekerjaan untuk mencegah kerusakan akibat topan dan metode untuk melawan krisis, dan menyerukan kepada semua bidang ekonomi nasional untuk mengambil tindakan cepat guna mencegah kerusakan akibat topan".
Dilansir dari kantor berita Korea Selatan, Yonhap News Agency, dalam pertemuan itu juga dibahas beberapa "cacat" dan "kekurangan" dalam langkah-langkah anti-epidemi yang sedang berlangsung di Korea Utara, meskipun tidak merinci detailnya.
"Secara serius, pertemuan itu menilai beberapa cacat dalam pekerjaan darurat anti-epidemi negara untuk memeriksa masuknya virus (corona) ganas itu, dan mempelajari langkah-langkah untuk segera mengatasi kekurangan tersebut," demikian isi laporan KCNA.
Identitas dua pelaku bom bunuh diri di Kota Jolo, Provinsi Sulu, pada Senin lalu terungkap. Mereka merupakan warga Filipina.
Komandan Angkatan Darat Filipina Letjen Cirilito Sobejana memaparkan dua pelaku yang merupakan wanita itu berhasil diidentifikasi.
Melansir kantor berita Filipina, Philippine News Agency, Rabu (26/8) pelaku pertama adalah Nanah penduduk Basilan, sebuah pulau selatan Semenanjung Zamboanga Filipina.
Kemudian pelaku kedua bernama Inda Nay seorang penduduk Sulu yang kemudian pindah ke Provinsi Tawi-Tawi.
Soebajana mengatakan bahwa Nanah adalah istri dari pelaku bom bunuh diri Filipina yang dikonfirmasi bernama Norman Lasuca.
Saat itu dia melakukan serangan terhadap Tim Tempur Brigade 1 di Sulu pada 28 Juni 2019, yang menyebabkan tujuh orang tewas dan 12 lainnya luka-luka.
Sementara itu Inda Nay adalah janda dari salah satu kombatan ISIS bernama Talha Jumsah alias Abu Talha. Dia dilaporkan tewas setelah ditumpas oleh pasukan Batalyon Penjaga Pengintai Pertama Filipina pada November 2019.
Video empat ABK WNI disiksa di kapal China beredar di media sosial. Empat WNI yang berada di kapal itu dilaporkan meminta pertolongan.
"Diduga perbudakan crew Indonesia di kapal 'Long Line' China. Operasi Samudera Pasifik," tulis akun Instagram @indonesia.militer, Selasa (25/8).
Akun itu mengungkapkan empat nama ABK WNI tersebut yakni Sukarto, Irgi Putra, Putra A. Napitupulu, dan Galih Ginanjar.
Dijelaskan dalam akun itu bahwa empat ABK WNI kerap mendapat perlakuan tidak senonoh selama bekerja seperti tidak digaji dan penyiksaan fisik.
Selain itu, jam kerja mereka kata akun tersebut tidak manusiawi, harus bekerja 20 jam dalam sehari, lalu makanan juga tidak memadai. Dalam satu hari WNI tersebut bisa tidak diberikan makan.
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia dari Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha merespon video tersebut. Judha mengatakan bahwa pihaknya telah menerima informasi berupa video mengenai empat ABK tersebut.
Judha menyatakan pihaknya akan melakukan empat langkah penanganan. Langkah yang pertama adalah menghubungi nomor telepon PT RCA sebagaimana nama perusahaan yang tercantum dalam video tersebut, namun hingga saat ini belum ada tanggapan.
(ayp/ayp)